Rabu, 25 Maret 2015

Asuhan Keperawatan Pada klien Hipertiroid



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalamí gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu (Nursalam, 2008).
Sehat adalah dambaan semua manusia yang merupakan anugerah yang luar biasa mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Karena kesehatan amat mahal maka kita perlu menjaga kesehatan badan dan jiwa agar kita lebih merasa nyaman dan lebih percaya diri untuk melakukan aktivitas yang kita inginkan. Masalah kesehatan yang sering ditemukan pada masyarakat dewasa ini adalah kelainan produksi hormon salah satunya adalah hormon tiroid.
Salah satu faktor biologis yang dapat menghambat tumbuh kembang anak adalah adanya abnormalitas fungsi tiroid. Abnormalitas tiroid dapat  dibagi atas 2 bagian besar, yaitu hipertiroid dan hipotiroid. Hipertiroid adalah keadaan abnormal kelenjar tiroid akibat meningkatnya produksi hormon tiroid sehingga kadarnya meningkat dalam darah yang ditandai dengan penurunan berat badan, gelisah, tremor, berkeringat dan kelemahan otot (Batubara, 2010).
Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari hipertiroid. Sekitar 60-80% kasus tirotoksikosis akibat penyakit Graves. Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi 0,5 kasus per 1000 orang selama periode 20-tahun, dengan terjadinya puncak pada orang berusia 20-40 tahun. Gondok multinodular (15-20% dari tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di daerah defisiensi yodium. Kebanyakan orang di Amerika Serikat menerima yodium cukup, dan kejadian gondok multinodular kurang dari kejadian di wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik merupakan penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011)
Jumlah penderita hipertiroid yang ada di Indonesia di perkirakan 25 juta.Angka kejadian hipertiroid yang didapat dari beberapa klinik di Indonesia berkisar antara 44,44%-48,93% dari seluruh penderita dengan penyakit kelenjar gondok. Di As diperkirakan 0,4% populasi menderita Hipertiroid, biasanya sering pada usia di bawah 40 tahun. (Sutomo budi,2009).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. N dengan Gangguan Sistem Endokrin : Hipertiroid di Unit Pelayanan Fungsional Dalam Wanita (F) Rumah Sakit Umum  Dokter Soedarso Pontianak Tahun 2014”.


B.     Ruang Lingkup Penulisan
Mengingat luasnya permasalahan, maka penulis membatasi hanya pada pembahasan Asuhan Keperawatan pada Klien Ny. N dengan Gangguan Sistem Endokrin Hipertiroid di Unit Pelayanan Fungsional Dalam Wanita Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak. Adapun lama perawatan dilakukan selama tiga hari, yaitu dari tanggal 12 Mei sampai  14 Mei 2014.
C.    Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini mencakup tujuan umum dan tujuan khusus:
1.        Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa, tenaga kesehatan maupun penulis dapat mengetahui dan mengerti mengenai konsep dasar penyakit Hipertiroid dan asuhan keperawatan pada klien dengan Hipertiroid
2.        Tujuan Khusus
a.         Mengetahui secara teori penyakit hipertiroid
b.         Mengetahui pengkajian pada Ny. N dengan penyakit Hipertiroid
c.         Mengetahui diagnosa keperawatan pada Ny.N dengan penyakit Hipertiroid
d.        Mengetahui Intervensi keperawatan pada Ny.N dengan penyakit Hipertiroid
e.         Mengetahui Implementasi keperawatan pada Ny.N dengan penyakit Hipertiroid
f.          Mengetahui Evaluasi keperawatan pada Ny.N dengan penyakit Hipertiroid
g.         Mengidentifikasi kesenjangan antara teori Hipetiroid dan kasus yang terjadi pada Ny.N
D.    Metode penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu untuk memperoleh gambaran tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Endokrin : Hipertiroid. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah :
a.    Studi kepustakaan
Tehnik ini dilakukan dengan mempelajari literatur perpustakaan yang ada hubungannya dengan penyakit Hipertiroid, baik dari buku-buku, bahan kuliah selama mengikuti pendidikan di AKPER Pemda Ketapang maupun internet, serta sumber-sumber literatur lainnya yang berhubungan erat dengan konsep dasar dan asuhan keperawatan pada klien dengan Hipertiroid.
b.    Studi Kasus
Secara langsung memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan melakukan kerjasama dengan perawat ruangan dan dokter.

c.    Studi Dokumentasi
Mempelajari catatan rekam medis klien yang telah dibuat oleh perawat ruangan ataupun pesanan yang dibuat oleh dokter dan catatan medis lainnya.
d.   Wawancara
Melakukan wawancara langsung baik dengan klien maupun keluarga klien untuk mencari informasi yang diperlukan.
E.     Sistematika penulisan
Karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima (5) BAB dengan sistematika penulisan yaitu BAB I Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika  penulisan. BAB II Tinjauan Teori tentang Hipertiroid mulai dari definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan dan asuhan Keperawatan Hipertiroid. BAB III  Laporan kasus mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. BAB IV Pembahasan kasus yaitu dengan membandingkan antara teori yang ada dengan kasus yang terjadi pada Ny.N mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Terakhir BAB V penutup meliputi kesimpulan dan saran yang ingin penulis sampaikan setelah menyelesaikan penulisan laporan kasus ini.



BAB II
LANDASAN TEORITIS

            Pada bab ini penulis akan menguraikan konsep dasar secara teoritis dari penyakit Hipertiroid mulai dari definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan serta asuhan keperawatan klien dengan Hipertiroid.
A.           Konsep Dasar Hipertiroid
1.        Definisi
Hipertiroidisme, suatu kondisi di mana terdapat kelebihan produksi hormon tiroid, kondisi ini disebabkan oleh peningkatan fungsi tiroid dengan alasan apapun. Kondisi ini dapat menyebabkan tirotoksikosis, sindrom klinis yang terjadi merupakan akibat dari peningkatan hormon tiroid yang beredar di jaringan yang terkena. (Greenspan, 2004).
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan thyrotoxicosis (Bararah, 2009).
Hipertiroid adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang disebut tirotoksikosis, istilah untuk hormon tiroid terlalu banyak dalam darah. Sekitar 1 persen dari penduduk AS memiliki hyperthyroidism. Perempuan lebih mungkin mengembangkan hipertiroidisme daripada pria (Anonim, 2012).
Berdasarkan  beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa hipertiroid adalah suatu keadaan dimana terdapat produksi hormon thyroid yang berlebihan.
2.        Anatomi Fisiologi
Kelenjar Tiroid adalah sejenis kelenjar endokrin yang terletak di bagian bawah depan leher yang memproduksi hormon tiroid dan hormon calcitonin,melekat pada tulang sebelah kanan trakea dan melekat pada dinding laring.kelenjar ini terdiri atas 2 lobus yaitu lobus destra dan lobus sinistra yang saling berhubungan, masing- masing lobus yang tebalnya 4 cm dan lebarnya 2,5 cm.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroksin. Pembentukan hormone tiroid tergantung dari jumlah iodium eksogen yang masuk ke dalam tubuh. Sumber utama untuk menjaga keseimnbangan yodium adalah yodiaum dalam makanan dan minuman.
Hormon-hormon tiroid diproduksi oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid bertempat pada bagian bawah leher, dibawah Adam's apple. Kelenjar membungkus sekeliling saluran udara (trachea) dan mempunyai suatu bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang dibentuk oleh dua sayap (lobes) dan dilekatkan oleh suatu bagian tengah (isthmus).
Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah (yang kebanyakan datang dari makanan-makanan seperti seafood, roti, dan garam) dan menggunakannya untuk memproduksi hormon-hormon tiroid. Dua hormon-hormon tiroid yang paling penting adalah thyroxine (T4) dan triiodothyronine (T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari masing-masing hormon-hormon tiroid. Hormon yang paling aktif secara biologi (contohnya, efek yang paling besar pada tubuh) sebenarnya adalah T3.
Sekali dilepas dari kelenjar tiroid kedalam darah, suatu jumlah yang besar dari T4 dirubah ke T3 - hormon yang lebih aktif yang mempengaruhi metabolisme sel-sel.
Pengaturan Hormon Tiroid - Rantai Komando
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak. Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada hipertiroid.  Angka atau kecepatan produksi hormon tiroid dikontrol oleh kelenjar pituitari. Jika tidak ada cukup jumlah hormon tiroid yang beredar dalam tubuh untuk mengizinkan fungsi yang normal, pelepasan TSH ditingkatkan oleh pituitari dalam suatu usahanya untuk menstimulasi tiroid untuk memproduksi lebih banyak hormon tiroid. Sebaliknya, ketika ada suatu jumlah berlebihan dari hormon tiroid yang beredar, pelepasan TSH dikurangi ketika pituitari mencoba untuk mengurangi produksi hormon tiroid (Syaifudin, 2006).
3.        Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.

Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1.    Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
2.    Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu  atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
3.    Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.

4.    Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
5.    Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.
6.   Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid (Anonim,2008).
4.             Manifestasi klinis
Tanda dan gejala bayi yang menderita hipertiroid diantaranya adalah (Djokomoeljanto, 2009) :
a.    Umum            : Tak tahan hawa panas hiperkinesis, capek, BB turun, tumbuh cepat, toleransi obat, hiperdefekasi, lapar.
b.     Gastrointestinal : Makan banyak, haus, muntah, disfagia, splenomegali.
c.    Muskular: Rasa lemah.
d.   Genitourinaria: Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti.
e.    Kulit : Rambut rontok, kulit basah, berkeringat, silky hair dan onikolisis.
f.     Psikis dan saraf : Labil, iritabel, tremor, psikosis, nervositas, paralisis periodik dispneu.
g.    Jantung : hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung.
h.    Darah dan limfatik : Limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar.
i.      Skelet : Osteoporosis, epifisis cepat menutup dan nyeri tulang.
5.             Patofisiologi
Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif. Apapun sebabnya manifestasi klinisnya sama, karena efek ini disebabkan ikatan T3 dengan reseptor T3-inti yang makin penuh. Rangsang oleh TSH atau TSH-like substance (TSI, TSAb), autonomi intrinsik kelenjar menyebabkan tiroid meningkat, terlihat dari radioactive neck-uptake naik. Sebaliknya pada destruksi kelenjar misalnya karena radang, inflamasi, radiasi, akan terjadi kerusakan sel hingga hormon yang tersimpan dalam folikel keluar masuk dalam darah. Dapat pula karena pasien mengkonsumsi hormon tiroid berlebihan. Dalam hal ini justru radioactive neck-uptake turun. Membedakan ini perlu, sebab umumnya peristiwa kedua ini, toksikosis tanpa hipertiroidisme, biasanya self-limiting disease (Djokomoeljanto, 2009).

6.             Pathway























                                                                                                        
                                                                                           (Price, 2005)


7.             Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati, kematian
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis tiroid. (Anonim,2008).
8.             Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan diantaranya yaitu (Norman, 2011) :
a.     Thyroid-stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh hipofisis akan menurun pada hipertiroidisme. Dengan demikian, diagnosis hipertiroidisme hampir selalu dikaitkan dengan kadar TSH yang rendah. Jika kadar TSH tidak rendah, maka tes lain harus dijalankan.
b.    Hormon tiroid sendiri (T3, T4) akan meningkat. Bagi pasien dengan hipertiroidisme, mereka harus memiliki tingkat hormon tiroid yang tinggi. Terkadang semua hormon tiroid yang berbeda tidak tinggi dan hanya satu atau dua pengukuran hormon tiroid yang berbeda dan tinggi. Hal ini tidak terlalu umum, kebanyakan orang dengan hipertiroid akan memiliki semua pengukuran hormon tiroid tinggi (kecuali TSH).
c.    Yodium tiroid scan akan menunjukkan jika penyebabnya adalah nodul tunggal atau seluruh kelenjar.
9.             Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan tergantung dari etiologi tirotoksikosis, usia pasien, riwayat alamiah penyakit, tersedianya modalitas pengobatan, situasi pasien, resiko pengobatan, dan sebagainya. Pengobatan tirotoksikosis dikelompokkan dalam:
a.    Tirostatiska: kelompok derivat tioimidazol (CBZ, karbimazole 5 mg, MTZ, metimazol atau tiamazol 5, 10, 30 mg), dan darivat tiourasil (PTU propiltiourasil 50, 100 mg)
b.    Tiroidektomi: operasi baru dikerjakan kalau keadaan pasien eutiroid, klinis maupun biokimiawi.
c.    Yodium radioaktif (Djokomoeljanto, 2009).

B.            Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan asuhan yang diberikan oleh seorang perawat kepada seorang klien menggunakan proses keperawatan.  Menurut Hidayat (2004), proses keperawatan merupakan cara sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, menetukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan.
1.         Pengkajian
Menurut Hidayat (2004), pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, validasi data dan identifikasi masalah.
Hal-hal yang dikaji pada klien dengan hipertiroid meliputi (Carpenito, 2007) :
1.      Aktivitas atau istirahat
Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah,gangguan koordinasi, kelelahan berat
Tanda : Atrofi otot
2.      Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)
3.      Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).


4.      Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang
5.      Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid)
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau manis, bau buah (napas aseton).
6.      Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut), gangguan memori  baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun;koma), aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA).
7.      Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.


8.      Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan meningkat
9.      Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
10.  Seksualitas
Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria.
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma positif secara mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol meningkat.
2.              Diagnosa Keperawatan
Menurut Carpenito dan Moyet (2007) diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan klinik yang menjelaskan tentang respons individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan baik aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perawat yang bertanggung jawab.
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan hipertiroid  adalah sebagai berikut (Carpenito, 2007):
a.       Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
b.      Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
c.       Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan).
d.      Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
e.       Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.
f.       Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
3.         Perencanaan
Menurut Hidayat (2004), perencanaan keperawatan merukan suatu proses penyususnan bebrabagia intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien.
Adapun proses perencanaan keperawatan pada klien dengan hipertiroid adalah:
a.    Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengankebutuhan tubuh.
Kriteria hasil:
1)      Nadi perifer dapat teraba normal
2)      Vital sign dalam batas normal.
3)      Pengisian kapiler normal
4)      Status mental baik
5)      Tidak ada disritmia
Intervensi:
1)      Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan.
2)      Perhatikan besarnya tekanan nadi
3)      Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan     
pasien.
4)      Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)
5)      Observasi tanda dan gejala haus yang hebat,mukosa membran kering, nadi  lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi
b.    Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
Tujuan : Kelelahan tidak terjadi
Kriteria hasil : menetapkan secara verbal tentang tingkat energi peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.
Intervensi:
1)   Pantau tanda-tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas.
2)   Catat berkembangnya takipnea, dipsnea, pucat saat sianosis
3)   Berikan/ciptakan lingkungan yang terang
4)   Sarankan pasien pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan aktivitas dan meningkatkan istirahat ditempat tidur sebanyak-banyaknya jika memungkinkan
5)   Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman  seperti sentuhan/ massase, bedak sejuk.
6)   Berikan obat sesuai indikasi : sedatif (fenobarbital/luminal),transquilizer misal klordiazepoxsida (librium).
c.    Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan).
Tujuan : Penurunan nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Menunjukan berat badan yang stabil, disertai nilai laboratorium normal dan terbebas dari tanda-tanda malutrisi.
Intervensi:
1)   Auskultasi bising usus
2)   Catat dan laporkan adnya anoreksia kelemahan umum/ nyeri abdomen   mual muntah.
3)   Pantau masukan makanan setiap hari. Timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya penurunan berat badan
4)   Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diit tinggi kalori, tinggi protein, karbohidrat dan vitamin
5)   Berikan obat sesuai indikasi : glukosa, vitamin B kompleks.
d.   Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
Tujuan : kerusakan integritas jaringa tidak terjadi
Kriteria hasil : mempertahankan kelembaban membran mukosa terbebas dari ulkus  dan mampu mengidentufikasi tindakan untuk memberikan perlindungan pada mata
Intervensi:
1)   Observasi edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata, gangguan penutupan kelopak mata, lapang pandang penglihatan sempit, air mata yang berlebihan.
2)   Catatadanya fotophobia, rasa adanya benda di luar mata dan nyeri pada mata
3)   Evalusi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan mata kabur atau pandangan ganda (diplopia).
4)   Bagian kepala tempat tidur di tinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi
5)   Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokuler jika memungkinkan.
6)   Kolabrasi berikan obat sesuai indikasi : obat tetes mata metilselulosa, ACTH, prednison, obat anti tiroid, diuretik.
7)   Siapkan pembedahan sesuai indikasi
e.    Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.
Tujuan : Ansietas tidak terjadi.
Kriteria hasil : Melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi. Klien mampu mengidentifikasi cara hidup sehat
Intervensi:
1)      Observasi tingkah laku yang menunjukan tingkat ansietas.
2)      Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia.
3)      Kurangi stimulasi dari luar : tempatkan pada ruangan yang tenang
4)      Terangkan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuai dengan perkembangan terapi obat.
5)      Berikan obat ansietas (transquilizer,sedatif) dan pantau efeknya.
f.     Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria : Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
Intervensi :
1)   Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depanberdasarkan informasi
2)   Berikan informasi yang tepat
3)   Identifikasi sumber stress
4)   Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat
5)   Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid
4.              Pelaksanaan
     Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan  mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari.  Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2008).
5.              Evaluasi
 Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak (Hidayat ,2004).
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan  standar yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam 2008).



BAB III
LAPORAN KASUS

Pada Bab ini penulis akan membahas dan menggunakan lebih lanjut tentang “Asuhan Keperawatan pada Klien Ny. N dengan Hipertiroid di Unit Pelayanan Fungsional Dalam Wanita Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak ”. Studi kasus ini dilaksanakan selama tiga hari perawatan yaitu dimulai dari tanggal 12 Mei sampai  14 Mei 2014. Dalam penyusunan laporan hasil studi kasus ini penulis menggunakan metode pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
A.      Pengkajian
Pada tahap pengkajian ini, penulis menggunakan data primer yang berupa data langsung dari klien dan data sekunder yang diperoleh dari keluarga dan perawat ruangan dimana klien dirawat yaitu Unit Pelayaan Fungsional Dalam wanita. Adapun cara pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, catatan medis, dan pemeriksaan penunjang.
1.  Identitas Klien
Klien berinisial Ny. Y, berumur 26 tahun, beragama Islam, bangsa / suku adalah WNI / melayu, pendidikan terakhir SD, pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga, status perkawinan sudah menikah, alamat di Jl. Dusun Mega Jaya Pontianak, dengan diagnosa medis hipertiroid.

2.    Keluhan Utama
Sesak (+), badan sebelah kanan terasa lemah (+), sakit sudah 4 hari
3.    Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan pusing kepala pada saat mau ke WC, mata terasa berputar – putar dan pemandangan gelap. Badan terasa panas, S: 38,3 oC
4.    Riwayat Kesehatan dahulu
Klien mengatakan bahwa tidak pernah mengalami penyakit DM, Hemoroid dan penyakit hipertensi.
5.    Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada saat di data klien dan keluarga tidak pernah mengalami penyakit yang sering yaitu demam dan batuk biasa.
Genogram:


 



                                                                                                       








 


Keterangan:                  : Laki – laki                   X     :    Meninggal
                                      : Perempuan
                                      : Tinggal serumah
                                      : Pasien
6.    Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit
Lingkungan rumah klien sangat bersih, perkarangan rumah dimanfaatkn untuk bercocok tanam.
7.    Pola Fungsi Kesehatan
a.    Pola persepsi dan tata tertib laksana kesehatan
Klien bisanya minum teh setiap pagi dan klien jarang berolahraga
b.    Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum sakit
Klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, lauk, dan sayur. Klien biasanya menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan.nafsu makan baik dan minum 6 – 8 gelas perhari.
Saat sakit
Klien mengatakan makan 1 kali sehari dan menghabiskan 3 sendok makan dari porsi makanan yang disediakan di rumah sakit dan minum klien hanya bisa menghabiskan 2-3 gelas sehari.
c.    Pola Eliminasi
Sebelum sakit
Klien mengatakan BAK lancar tidk ada rasa sakit 4 – 5 x sehari berwarna kuning pekat dan BAB 2 x / hari dengan kosisten lunak.
Saat Sakit
Klien mengatakan BAK 2-3 x/hari, selama di rumah sakit klien tidak ada BAB.
d.   Pola aktivitas dan kebersihan diri
Sebelum sakit
Klien mengatakan beraktivitas secara mandiri dan mandi 2 -3 x hari dengan menggunakan sabun dan shampo, menggosok gigi 2x / hari dengan menggunakan pasta gigi.
Saat Sakit
Klien mengatakan mandi hanya di lap – lap saja oleh keluarga dan klie beraktivitas dibantu perawat dan keluarga.
e.    Pola istirahat tidur
Sebelum sakit
Klien mengatakan tidur malam 6 – 7 jam/hari dan tidur siang 1-2 jam/hari.
Saat sakit
Klien mengatakan tidur siang lebih dari 2 jam tetapi sering terbangun..
f.     Pola Kognitif dan persepsi sensori
Klien sehari – hari menggunakan bahsa melayu. Dapat mengikuti instruksi perawat/dokter dengan baik.
g.      Pola Konsep diri
Gambaran diri :  klien menyukai seluruh anggota tubuhnya.
Ideal diri : klien ingin cepat sembuh dan ingin pulang
Harga diri : klien menerima penyakit yang dideritanya
Peran diri : klien seorang ibu dari satu anaknya
Identitas diri : klien seorang anak perempuan dari tiga bersaudara.
h.      Pola hubungan peran
Hubungan klien dengan keluarga serta tetangganya harmonis, komunikai klien dengan perawat/dokter dapat berkomunikasi dengan baik.
i.        Pola fungsi seksual
Klien mengatakan tidak mengalami masalah dalam fungsi seksual
j.        Pola mekanisme Koping
Klien orangnya ceria, mudah bergaul dan klien dengan keluarganya sangat baik, klien memecahkan masalahnya dengan membicarakn pada kelurganya.                     
k.      Pola nilai Kepercayaan
Sebelum sakit :klienmengatakan dirinya beragama Islam dan berada di rumahnya klien beraktivitas dan melakukan ibadah sembahyang
Saat sakit : Klien mengatakan di rumah sakit hanya dapat berdoa dalam hati saja.
8.      Pemeriksaan fisik
a.       Status kesehatan umum
1)      Keadaan umum            : Lemah
2)      Kesadaran                    : composmetis
3)      Nilai GCS                     :15
             E:4 (membuka mata dengan spontan)
             M:6 (menurut sesuai perintah)
             V:5 (tepat menjawab/ orientasi penuh)
4)      Tanda – tanda vital
Suhu                                         : 38,3 oC
Nadi                                         : 88 x/mnt
Tekanan Darah                         : 120/70 mmHg
Pernafasan                                : 24 x /mnt
Tinggi Badan                           : 120/70 cm
Berat badan sebelum sakit       : 48 Kg
Berat badan saat sakit              : 45 Kg
b.      Sistem pernafasan
Inspeksi : bentuk hidung simetris, membran mukosa berwarna merah muda, tidak terdapat sekret, pengembangan dada simetris, frekuensi nafas 24x/menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada isnus maksilaris dan frontalis ekspansi dinding dada kiri dan kanan sama.
c.         Sistem kardioaskuler
Inspeksi : tidak terlihat getar jantung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak terdengar suara pekak
Auskultasi : terengar suara S1 dan S2 (lub – dub) irama reguler
d.        Sistem persyarafan
Syaraf olfaktorius : klien dapat membedakan bau – buan dengan baik
Syaraf optkus : penglihatan klien normal
Syaraf okulanotorius : gerakan bola mata normal
Syaraf trochlearis : klien dapat menelan minum dengan baik
Syaraf abdusen : gerakan bola mata kiri dan kanan normal
Syaraf fasialis : klien dapat melakukan perintah dengan baik seperti mengerutkan dahi
Syaraf auskustikus : tidak ada masalah dengan pendengaran.
Syaraf glosofarigius : dapat membdakan berbagai macam rasa seperti manis, atau pahit
Syaraf vagus : klien dapat menelan
Syaraf aksesorius : kontraksi otot leher dan bahu normal
Syaraf hipoglosus : pergerakan lidah normal.
e.         Sistem pencernaan
Inspeksi : bentuk mulut simetris, mukosa bibir kering, tidak terdapat lesi atau stomatitis, lidah berwarna merah muda.
Auskultasi: gerakan peristaltik usus normal
Palpasi : terdpat nyeri tekan
Perkusi : bunyi normal(timpani)
f.          Sistem muskuloskeletal
Inspeksi : tidak ada odema pada bagian kiri terpasang inus RL 20  tpm
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

              Kekuatan otot   5     5
                                        5     5

Perkusi : tidak ada nyeri tekan
g.         Sistem perkemihan
Alat genetalia bersih, urine berwarna kuning, ada nyeri tekan dantidak ada keluhan saat BAK
h.         Sistem integumen
Warna kulit sawo matang, turgor baik, kulit bersih, tidak ada penyakit kulit, tekstur kulit elastis
i.           Sistem endokrin
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelnjar tyroid dan kelnjar limfa
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
j.           Sistem reproduksi
Tidak terkaji berubungan dengan privasi klien
k.         Sistem imunitas
Tidak terkaji






9.      Data penunjang
Laboratorium
Hb                11,8 g/dl
Leukosit       5200 set/mm3
Eritrosit        4,1 juta/ mm3
Kolestreol total 208 mg/dl
10.  Terapi
Tgl 12 – 05- 2014                                                       
 Inj ceftriaxsone 2x1 g/iv /12 jam
Inj. Ranitidine 25 mg, 3x1/IV/8 jam
Tgl 13 – 05- 2014                                                       
 Inj ceftriaxsone 2x1 g/iv /12 jam
Inj. Ranitidine 25 mg, 3x1/IV/8 jam
Tgl 14 – 05- 2014                                                       
 IUFD RL 20 tpm + keterolac 3 mg + Ranitidine 25 mg + Tramadol 4 mg drip

           










Analisa Data

NO
Symptom
Etiologi
Problem
1
DS : Klien mengatakan badan terasa panas
DO: - Klien tampak lemah
-  S:38 ,3oC
-  Mukosa bibir kering

Proses jalannya penyakit
Hipertermi
2
DS: Klien mengatakan makan 1 x/ hari pada saat pagi hari dengan 3 sendok dari porsi makanan yang disediakan
DO:- klien tampak lemah

Anoreksia
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3





4.
DS: Klien mengatakan selama di rumah sakit klien hanya berbaring lemas di tempat tidur.
DO: Klien tampak lemah
Aktivitas klien dibantu oleh keluarga
Skala aktivitas 3
DS:Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
DO: Klien tampak bertanya - tanya
Kelemahan Fisik




Kurang terpaparnya informasi tentang penyakit
Intoleransi Aktivitas




Kurang pengetahuan
B.        Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian dan analisa data, maka tahap selanjutnya adalah perumusan diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Ny. N adalah sebagai berikut :
1.        Hipertemi  b/d proses jalannya penyakit
2.        Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
3.        Intoleransi aktivitas b/d  kelemahan fisik
4.        Kurangnya pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi tentang penyakit.

C.        Perencanaan
Pada tahap ini dirumuskan tujuan dan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang ada adalah sebagai berikut:
No
Dx keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1.






Hipertemi  b/d proses jalannya penyakit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam suhu tubuh kembali normal  dengan KH:
1.    Tidak ada tanda – tanda infeksi
2.    Mukosa bibir lembab
3.    S:37oC


1.      Berikan kompres air hangat sesuai kebutuhan
2.      Anjurkan klien menggunakan baju yang dapat menyebabkan keringat
3.      Pertahankan lingkungan yang sejuk


4.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat


1.  Dapat membantu penurunan panas yang dialami klien
2.  Kondisi tubuh yang lembab memicu pertumbuhan jamur
3.  Membantu menjaga suhu tubuh klien agar dalam keadaan normal
4.  Membantu menurunkan suku tubuh
2
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan nutrisi klien tercukupi  dengan KH:
1.  Porsi makan kembali normal
2.  Bb normal
3.  Tidak menunjukkan tanda – tanda malnutrisi

1.  Awasi pemasukan diet
2.  Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
3.  Berikan Ht tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
4.  Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
1.  Untuk menghindari mual muntah
2.  Meningkatkan nafsu makan
3.  Meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi

4.  Memberikan terapi yang tepat bagi klien
3.
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat melakukan aktivitas dengan KH:
-    Klien dapat melakukan aktifitas sendirian
1.    Observasi TTV


2.    Bantu dan latih klien untuk melakukan aktivitas / gerakan
3.    Atur posis secara periodik, sesuai kondisi klien
4.    Memahami klien untuk melakukan latihan
1.mengetahui keadaan umum klien
2.Meningkatkan asa percaya diri klien dan minimalkan resiko dekubitus
3.Perubahan posisi menurunkan resiko komplikasi akut

4.Memberikan rasa percaya diri dan memberikan semangat agar klien cepat sembuh

4
Kurangnya pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi tentang penyakit.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam keluarga klien mulai mengerti tentang penyakit Hipertiroid dengan K.H:
klien tidak bingung lagi
Informasi sudah didapat
1.  Kaji tingkat pengetahuan keluarga

2.  Memberikan penyuluhan kesehatan tentang penyakit hipertiroid
3.  Gali sumber-sumber dukungan yang ada
1.  Untuk mengetahui pengetahuan keluarga
2.  Agar keluarga klien mengerti tentang penyakit thypoid

3.  Agar keluarga klien lebih mengetahui tentang penyakit thypoid







D.        Pelaksanaan
NO
Dx keperawatan
Tanggal/jam
Implementasi
paraf
1
Hipertemi  b/d proses jalannya penyakit







Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia








Intoleransi aktivitas b/d  kelemahan fisik









Kurangnya pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi tentang penyakit.

12-5-2014
D : Klien mengatakan badan terasa panas
A:-  Memberikan kompres hangat sesuai kebutuhan.
-     menganjurkan klien menggunakan baju yang dapat menyerap keringat.
-     Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
R: - Klien tampak lemah
-     Klien merasa tubuhnya panas
-     S: 38,3oC


D: Klien mengatakan makan 1 x/ hari pada saat pagi hari dengan 3 sendok dari porsi makanan yang disediakan
A: - mengawasi pemasukan diet
-     menganjurkan klien makan sedikit tapi sering
-     memberikan HE tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
-     mengkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
R: Klien tampak lemah
-     Klien hanya menghabiskan ¼ dari porsi makanan

D: Klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitasnya sendiri
A: - mengkaji skala aktifitas
-  Membantu klien melakukan aktifitas
-  Mendekatkan barang yang diperlukan klien
R: - Skala aktivitas 3
-  Aktivitas klien dibantu
       Keluarga
-  Klien hanya baring ditempat tidur
D:Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
A: - kaji tingkat pengetahuan
       klien
-     Memberikan penyuluhan kesehatan tentang hipertiroid
R: -klien masih bingung
-   Keluarga Klien masih belum mengerti tentang proses penyakit klien


2
Hipertemi  b/d proses jalannya penyakit







Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia






Intoleransi aktivitas b/d  kelemahan fisik








Kurangnya pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi tentang penyakit.

13-5-2014
D : Klien mengatakan badan terasa panas
A:-  berikan kompres hangat sesuai kebutuhan.
-     Anjurkan klien menggunakan baju yang dapat menyerap keringat.
-     Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
R: - Klien tampak lemah
-     Klien merasa tubuhnya tidak panas lagi
-     S: 37oC

D: Klien mengatakan menghabiskan ¼ dari porsi makanan yang disediakan
A: - Anjurkan klien makan   sedikit tapi sering
-     Berikan HE tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
-     Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
R: - Klien tampak menghabiskan ½ dari porsi makanan
-     Klien tampak kooperatif

D: Klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitasnya sendiri
A: - mengkaji skala aktifitas
-  Membantu klien melakukan aktifitas
-  Mendekatkan barang yang diperlukan klien
R: - Skala aktivitas 2
-  Klien sudah dapat duduk dan mandi tapi dibantu keluarga
D:Klien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
A: - kaji tingkat pengetahuan
       klien
-     Memberikan penyuluhan kesehatan tentang hipertiroid
R: -klien tampak mengerti tentang penyakit hipertiroid
-   Keluarga Klien sudah mengerti tentang proses penyakit klien dan pengobatannya


3
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia







Intoleransi aktivitas b/d  kelemahan fisik








14-5-2014
D: Klien mengatakan menghabiskan ½  dari porsi makanan yang disediakan
A: - Anjurkan klien makan   sedikit tapi sering
-     Berikan HE tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
-     Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
R: - Klien tampak menghabiskan 1 dari porsi makanan
-     Klien tampak kooperatif


D: Klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitasnya sendiri
A: - mengkaji skala aktifitas
-  Membantu klien melakukan aktifitas
-  Mendekatkan barang yang diperlukan klien
R: - Skala aktivitas 1
-  Klien sudah dapat duduk dan mandi secara mandiri




E.         Evaluasi
No
Dx keperawatan
Tanggal/jam
Evaluasi
paraf
1
Hipertemi  b/d proses jalannya penyakit










Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia







Intoleransi aktivitas b/d  kelemahan fisik









Kurangnya pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi tentang penyakit.

12-5-2014
S : Klien mengatakan badan
     terasa panas
O: - Klien tampak lemah
-  S:38 ,3oC
-  Mukosa bibir kering
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4
I: - berikan kompres hangat sesuai kebutuhan.
-     menganjurkan klien menggunakan baju yang dapat menyerap keringat.
-     Pertahankan linkungan yang sejuk
-     Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
E: -Klien tampak lemah
-     Klien merasa tubuhnya panas
-     S: 38,3oC


S: Klien mengatakan tidak nafsu makan
O:- klien tampak lemah
-     Klien tampak menghabiskan ¼ dari porsi makanan yang disediakan
A: Masalah teratasi sebagian
P:  Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4
I: -Awasi pemasukan diet
-     Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
-     Berikan HE tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
-     Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat


S: Klien mengatakan selama di rumah sakit klien hanya berbaring lemas di tempat tidur.
O: -Klien tampak lemah
-  Aktivitas klien dibantu oleh keluarga
-  Skala aktivitas 3
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,
I: - mengkaji skala aktifitas
Membantu klien melakukan aktifitas
Mendekatkan barang yang diperlukan klien
E: - Skala aktivitas 3
-     Aktivitas klien dibantu
keluarga
-          Klien hanya baring ditempat tidur

S:Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
O: Klien tampak bertanya – tanya
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 1,dan 2
I: - kaji tingkat pengetahuan
       klien
-     Memberikan penyuluhan kesehatan tentang hipertiroid
E:- klien masih bingung
-   Keluarga klien masih belum mengerti tentang proses penyakit klien



2
Hipertemi  b/d proses jalannya penyakit



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia



Intoleransi aktivitas b/d  kelemahan fisik




Kurangnya pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi tentang penyakit.

13-5-2014
S : Klien mengatakan badan
     terasa panas
O: - Klien tampak lemah
-  S:37 oC
-  Mukosa bibir lembab
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan


S: Klien mengatakan sudah nafsu makan
O:- klien tampak lemah
-     Klien tampak menghabiskan ½  dari porsi makanan yang disediakan
A: Masalah teratasi sebagian
P:  Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4


S: Klien mengatakan sudah dapat duduk dan mandi tapi masih dibantu oleh keluarga.
O: -Klien tampak lemah
-  Aktivitas klien dibantu oleh keluarga
-  Skala aktivitas 2
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3


S:Klien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
O: Klien tidak bertanya – tanya lagi
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan.



3
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia



Intoleransi aktivitas b/d  kelemahan fisik

14-5-2014
S: Klien mengatakan sudah nafsu makan
O:- klien tampak segar
-     Klien tampak menghabiskan 1 dari porsi makanan yang disediakan
A: Masalah teratasi
P:  Intervensi dihentikan


S: Klien mengatakan sudah duduk dan mandi secara mandiri
O: -Klien melakukan aktivitasnya secara mandiri
-  Skala aktivitas 1
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan







 Daftar Pustaka



Amin, Hardi .2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC – NOC. Edisi 1 Revisi. Yogyakarta : Mediaction.
Black & Hawks. (2005). Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Positive Outcomes, 7th Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders
Doenges, Marilyn B, dkk. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hidayat, A. Azis Alimul .2005. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 4. Jakarta. Interna Publishing.
Nassisi D .2008. Stroke, Hemorrhagic. Departement of Emergency Medicine, Mount Sinai Medical Center. Available from:http://emedicine.medscape.com [Accessed 10 Juni 2014]
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Price, S.A & Wilson. L.M. .2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 vol 2. Jakarta: EGC