BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa
pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun
sakit yang mengalamí gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai
derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa
meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki, dan
melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh
individu (Nursalam, 2008).
Sehat adalah dambaan semua manusia yang merupakan
anugerah yang luar biasa mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Karena
kesehatan amat mahal maka kita perlu menjaga kesehatan badan dan jiwa agar kita
lebih merasa nyaman dan lebih percaya diri untuk melakukan aktivitas yang kita
inginkan. Masalah kesehatan yang sering ditemukan pada masyarakat dewasa ini
adalah kelainan produksi hormon salah satunya adalah hormon tiroid.
Salah satu faktor biologis yang dapat menghambat
tumbuh kembang anak adalah adanya abnormalitas fungsi tiroid. Abnormalitas
tiroid dapat dibagi atas 2 bagian besar,
yaitu hipertiroid dan hipotiroid. Hipertiroid adalah keadaan abnormal kelenjar
tiroid akibat meningkatnya produksi hormon tiroid sehingga kadarnya meningkat
dalam darah yang ditandai dengan penurunan berat badan, gelisah, tremor,
berkeringat dan kelemahan otot (Batubara, 2010).
Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk
paling umum dari hipertiroid. Sekitar 60-80% kasus tirotoksikosis akibat
penyakit Graves. Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi 0,5 kasus
per 1000 orang selama periode 20-tahun, dengan terjadinya puncak pada orang
berusia 20-40 tahun. Gondok multinodular (15-20% dari tirotoksikosis) lebih
banyak terjadi di daerah defisiensi yodium. Kebanyakan orang di Amerika Serikat
menerima yodium cukup, dan kejadian gondok multinodular kurang dari kejadian di
wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik merupakan penyebab 3-5%
kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011)
Jumlah penderita hipertiroid yang ada di Indonesia di
perkirakan 25 juta.Angka kejadian hipertiroid yang didapat dari beberapa klinik
di Indonesia berkisar antara 44,44%-48,93% dari seluruh penderita dengan
penyakit kelenjar gondok. Di As diperkirakan 0,4% populasi menderita
Hipertiroid, biasanya sering pada usia di bawah 40 tahun. (Sutomo budi,2009).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk
menyusun karya tulis ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. N
dengan Gangguan Sistem Endokrin : Hipertiroid di Unit Pelayanan Fungsional
Dalam Wanita (F) Rumah Sakit Umum Dokter
Soedarso Pontianak Tahun 2014”.
B. Ruang
Lingkup Penulisan
Mengingat
luasnya permasalahan, maka penulis membatasi hanya pada pembahasan Asuhan
Keperawatan pada Klien Ny. N dengan Gangguan Sistem Endokrin Hipertiroid di
Unit Pelayanan Fungsional Dalam Wanita Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso
Pontianak. Adapun lama perawatan dilakukan selama tiga hari, yaitu dari tanggal
12 Mei sampai 14 Mei 2014.
C. Tujuan
penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini mencakup tujuan umum dan tujuan
khusus:
1.
Tujuan
Umum
Diharapkan
mahasiswa, tenaga kesehatan maupun penulis dapat mengetahui dan mengerti
mengenai konsep dasar penyakit Hipertiroid dan asuhan keperawatan pada klien
dengan Hipertiroid
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui
secara teori penyakit hipertiroid
b.
Mengetahui
pengkajian pada Ny. N dengan penyakit Hipertiroid
c.
Mengetahui
diagnosa keperawatan pada Ny.N dengan penyakit Hipertiroid
d.
Mengetahui
Intervensi keperawatan pada Ny.N dengan penyakit Hipertiroid
e.
Mengetahui
Implementasi keperawatan pada Ny.N dengan penyakit Hipertiroid
f.
Mengetahui
Evaluasi keperawatan pada Ny.N dengan penyakit Hipertiroid
g.
Mengidentifikasi
kesenjangan antara teori Hipetiroid dan kasus yang terjadi pada Ny.N
D. Metode
penulisan
Dalam penulisan
karya tulis ilmiah, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu untuk
memperoleh gambaran tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan
Sistem Endokrin : Hipertiroid. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
penulis adalah :
a. Studi kepustakaan
Tehnik
ini dilakukan dengan mempelajari literatur perpustakaan yang ada hubungannya
dengan penyakit Hipertiroid, baik dari buku-buku, bahan kuliah selama mengikuti
pendidikan di AKPER Pemda Ketapang maupun internet, serta sumber-sumber
literatur lainnya yang berhubungan erat dengan konsep dasar dan asuhan
keperawatan pada klien dengan Hipertiroid.
b.
Studi
Kasus
Secara
langsung memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan melakukan kerjasama
dengan perawat ruangan dan dokter.
c. Studi Dokumentasi
Mempelajari
catatan rekam medis klien yang telah dibuat oleh perawat ruangan ataupun
pesanan yang dibuat oleh dokter dan catatan medis lainnya.
d.
Wawancara
Melakukan wawancara langsung baik dengan klien maupun keluarga klien untuk mencari informasi yang diperlukan.
Melakukan wawancara langsung baik dengan klien maupun keluarga klien untuk mencari informasi yang diperlukan.
E. Sistematika
penulisan
Karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima (5) BAB
dengan sistematika penulisan yaitu BAB I Pendahuluan yang menjelaskan latar
belakang masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan
sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teori
tentang Hipertiroid mulai dari definisi, anatomi fisiologi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang dan
penatalaksanaan dan asuhan Keperawatan Hipertiroid. BAB III Laporan kasus mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. BAB IV Pembahasan kasus
yaitu dengan membandingkan antara teori yang ada dengan kasus yang terjadi pada
Ny.N mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Terakhir BAB V penutup meliputi
kesimpulan dan saran yang ingin penulis sampaikan setelah menyelesaikan
penulisan laporan kasus ini.
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
Pada
bab ini penulis akan menguraikan konsep dasar secara teoritis dari penyakit Hipertiroid
mulai dari definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan serta asuhan
keperawatan klien dengan Hipertiroid.
A.
Konsep Dasar Hipertiroid
1.
Definisi
Hipertiroidisme, suatu kondisi di
mana terdapat kelebihan produksi hormon tiroid, kondisi ini disebabkan oleh
peningkatan fungsi tiroid dengan alasan apapun. Kondisi ini dapat menyebabkan
tirotoksikosis, sindrom klinis yang terjadi merupakan akibat dari peningkatan
hormon tiroid yang beredar di jaringan yang terkena. (Greenspan, 2004).
Hipertiroid adalah suatu
kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid secara berlebihan,
biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa
perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan
thyrotoxicosis (Bararah, 2009).
Hipertiroid adalah gangguan
yang terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid lebih dari yang
dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang disebut tirotoksikosis, istilah untuk
hormon tiroid terlalu banyak dalam darah. Sekitar 1 persen dari penduduk AS
memiliki hyperthyroidism. Perempuan lebih mungkin mengembangkan hipertiroidisme
daripada pria (Anonim, 2012).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat penulis
simpulkan bahwa hipertiroid adalah suatu keadaan dimana terdapat produksi
hormon thyroid yang berlebihan.
2.
Anatomi Fisiologi
Kelenjar Tiroid adalah sejenis
kelenjar endokrin yang terletak di bagian bawah depan leher yang memproduksi
hormon tiroid dan hormon calcitonin,melekat pada tulang sebelah kanan trakea
dan melekat pada dinding laring.kelenjar ini terdiri atas 2 lobus yaitu lobus
destra dan lobus sinistra yang saling berhubungan, masing- masing lobus yang
tebalnya 4 cm dan lebarnya 2,5 cm.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroksin.
Pembentukan hormone tiroid tergantung dari jumlah iodium eksogen yang masuk ke
dalam tubuh. Sumber utama untuk menjaga keseimnbangan yodium adalah yodiaum
dalam makanan dan minuman.
Hormon-hormon tiroid diproduksi oleh kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid bertempat pada bagian bawah leher, dibawah Adam's apple.
Kelenjar membungkus sekeliling saluran udara (trachea) dan mempunyai
suatu bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang dibentuk oleh dua sayap (lobes)
dan dilekatkan oleh suatu bagian tengah (isthmus).
Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah (yang
kebanyakan datang dari makanan-makanan seperti seafood, roti, dan garam) dan
menggunakannya untuk memproduksi hormon-hormon tiroid. Dua hormon-hormon tiroid
yang paling penting adalah thyroxine (T4) dan triiodothyronine (T3)
mewakili 99.9% dan 0.1% dari masing-masing hormon-hormon tiroid. Hormon yang
paling aktif secara biologi (contohnya, efek yang paling besar pada tubuh)
sebenarnya adalah T3.
Sekali
dilepas dari kelenjar tiroid kedalam darah, suatu jumlah yang besar dari T4
dirubah ke T3 - hormon yang lebih aktif yang mempengaruhi metabolisme sel-sel.
Pengaturan Hormon Tiroid - Rantai Komando
Tiroid
sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari.
Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar
dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari)
dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu
bagian dari otak. Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin
releasing hormone (TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk
melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH
mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika
aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini
terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan,
dengan demikian berakibat pada hipertiroid. Angka atau kecepatan produksi hormon tiroid
dikontrol oleh kelenjar pituitari. Jika tidak ada cukup jumlah hormon tiroid
yang beredar dalam tubuh untuk mengizinkan fungsi yang normal, pelepasan TSH ditingkatkan
oleh pituitari dalam suatu usahanya untuk menstimulasi tiroid untuk memproduksi
lebih banyak hormon tiroid. Sebaliknya, ketika ada suatu jumlah berlebihan dari
hormon tiroid yang beredar, pelepasan TSH dikurangi ketika pituitari mencoba
untuk mengurangi produksi hormon tiroid (Syaifudin, 2006).
3.
Etiologi
Hipertiroidisme
dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH
dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya.
Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan
TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi
disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1. Penyakit
Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang
oberaktif dan merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai.
Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di
duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan
dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase
antibodies (TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini
adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur,
sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol
keluar hingga double vision. Penyakit mata
ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon
teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit,
serta berkeringat banyak.
2. Toxic
Nodular Goiter
Benjolan
leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid,
sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi
hormon tiroid yang berlebihan.
3. Minum obat
Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang
terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang tidak teratur.
Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon
tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.
4. Produksi TSH
yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH
berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
5. Tiroiditis
(Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan,
disebut tiroiditis pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan
hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.
6. Konsumsi
Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid,
kelainan ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada
kelainan kelenjar tiroid (Anonim,2008).
4.
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala bayi yang menderita hipertiroid
diantaranya adalah (Djokomoeljanto, 2009) :
a. Umum
: Tak tahan hawa panas hiperkinesis, capek, BB turun, tumbuh cepat, toleransi
obat, hiperdefekasi, lapar.
b. Gastrointestinal : Makan banyak, haus, muntah,
disfagia, splenomegali.
c. Muskular: Rasa
lemah.
d. Genitourinaria:
Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti.
e. Kulit : Rambut
rontok, kulit basah, berkeringat, silky hair dan onikolisis.
f. Psikis dan saraf
: Labil, iritabel, tremor, psikosis, nervositas, paralisis periodik dispneu.
g. Jantung :
hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung.
h. Darah dan
limfatik : Limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar.
i. Skelet :
Osteoporosis, epifisis cepat menutup dan nyeri tulang.
5.
Patofisiologi
Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan
hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi. Hipertiroidisme adalah
tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif. Apapun
sebabnya manifestasi klinisnya sama, karena efek ini disebabkan ikatan T3
dengan reseptor T3-inti yang makin penuh. Rangsang oleh TSH atau TSH-like
substance (TSI, TSAb), autonomi intrinsik kelenjar menyebabkan tiroid
meningkat, terlihat dari radioactive neck-uptake naik. Sebaliknya pada
destruksi kelenjar misalnya karena radang, inflamasi, radiasi, akan terjadi
kerusakan sel hingga hormon yang tersimpan dalam folikel keluar masuk dalam
darah. Dapat pula karena pasien mengkonsumsi hormon tiroid berlebihan. Dalam
hal ini justru radioactive neck-uptake turun. Membedakan ini perlu,
sebab umumnya peristiwa kedua ini, toksikosis tanpa hipertiroidisme, biasanya self-limiting
disease (Djokomoeljanto, 2009).
6.
Pathway
(Price, 2005)
7.
Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis
tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada
pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid,
atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah
pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia,
agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati,
kematian
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi
karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis tiroid.
(Anonim,2008).
8.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
diantaranya yaitu (Norman, 2011) :
a.
Thyroid-stimulating hormone (TSH) yang
dihasilkan oleh hipofisis akan menurun pada hipertiroidisme. Dengan demikian,
diagnosis hipertiroidisme hampir selalu dikaitkan dengan kadar TSH
yang rendah. Jika kadar TSH tidak rendah, maka tes lain harus dijalankan.
b.
Hormon tiroid sendiri (T3, T4)
akan meningkat. Bagi pasien dengan hipertiroidisme, mereka harus memiliki tingkat hormon tiroid yang tinggi.
Terkadang semua hormon tiroid yang berbeda tidak tinggi dan hanya satu atau dua
pengukuran hormon tiroid yang berbeda dan tinggi. Hal
ini tidak terlalu umum, kebanyakan orang dengan hipertiroid akan memiliki semua
pengukuran hormon tiroid tinggi (kecuali TSH).
c.
Yodium tiroid scan akan menunjukkan jika penyebabnya adalah nodul tunggal atau
seluruh kelenjar.
9.
Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan tergantung dari etiologi
tirotoksikosis, usia pasien, riwayat alamiah penyakit, tersedianya modalitas
pengobatan, situasi pasien, resiko pengobatan, dan sebagainya. Pengobatan
tirotoksikosis dikelompokkan dalam:
a.
Tirostatiska: kelompok derivat
tioimidazol (CBZ, karbimazole 5 mg, MTZ, metimazol atau tiamazol 5, 10, 30 mg),
dan darivat tiourasil (PTU propiltiourasil 50, 100 mg)
b.
Tiroidektomi: operasi baru
dikerjakan kalau keadaan pasien eutiroid, klinis maupun biokimiawi.
c.
Yodium radioaktif (Djokomoeljanto,
2009).
B.
Asuhan
Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan asuhan yang
diberikan oleh seorang perawat kepada seorang klien menggunakan proses
keperawatan. Menurut Hidayat (2004),
proses keperawatan merupakan cara sistematis yang dilakukan oleh perawat
bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan
pengkajian, menetukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilakukan,
melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan.
1.
Pengkajian
Menurut Hidayat (2004), pengkajian merupakan langkah pertama dari proses
keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data, validasi data dan identifikasi masalah.
Hal-hal yang dikaji pada klien dengan hipertiroid meliputi (Carpenito, 2007) :
1.
Aktivitas
atau istirahat
Gejala :
Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah,gangguan koordinasi, kelelahan
berat
Tanda :
Atrofi otot
2. Sirkulasi
Gejala :
Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda :
Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah
dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps,
syok (krisis tirotoksikosis)
3. Eliminasi
Gejala :
Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, diare,
urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau
anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi),
bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
4. Integritas /
Ego
Gejala :
Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi.
Tanda :
Ansietas peka rangsang
5. Makanan /
Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari
periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid)
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau manis,
bau buah (napas aseton).
6.
Neurosensori
Gejala :
Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot parasetia,
gangguan penglihatan.
Tanda :
Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut), gangguan
memori baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD
menurun;koma), aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA).
7. Nyeri /
Kenyamanan
Gejala :
Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis dengan
palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8. Pernapasan
Gejala :
Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung
adanya infeksi atau tidak)
Tanda :
sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi
pernapasan meningkat
9. Keamanan
Gejala :
Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda :
Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan
umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot pernapasan
(jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
10. Seksualitas
Gejala :
Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria.
Tanda :
Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma positif secara
mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol meningkat.
2.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Carpenito
dan Moyet (2007) diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan klinik yang
menjelaskan tentang respons individu, keluarga, atau masyarakat terhadap
masalah kesehatan/proses kehidupan baik aktual atau potensial. Diagnosis
keperawatan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh perawat yang bertanggung jawab.
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada
klien dengan hipertiroid adalah sebagai berikut (Carpenito, 2007):
a.
Risiko tinggi terhadap
penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol,
keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
b.
Kelelahan berhubungan
dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
c.
Risiko tinggi terhadap
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan).
d.
Risiko tinggi terhadap
kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme
perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
e.
Ansietas berhubungan dengan
faktor fisiologis: status hipermetabolik.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
3.
Perencanaan
Menurut Hidayat (2004), perencanaan keperawatan merukan suatu proses
penyususnan bebrabagia intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah,
menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien.
Adapun proses perencanaan keperawatan pada klien dengan hipertiroid adalah:
a.
Risiko tinggi terhadap
penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol,
keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
Tujuan :
Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengankebutuhan
tubuh.
Kriteria
hasil:
1) Nadi perifer
dapat teraba normal
2) Vital sign
dalam batas normal.
3) Pengisian
kapiler normal
4) Status
mental baik
5) Tidak ada
disritmia
Intervensi:
1)
Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan
berdiri jika memungkinkan.
2)
Perhatikan besarnya tekanan nadi
3)
Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina
yang dikeluhkan
pasien.
4)
Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang
tidak normal (seperti krekels)
5)
Observasi tanda dan gejala haus yang hebat,mukosa
membran kering, nadi lemah, penurunan
produksi urine dan hipotensi
b.
Kelelahan berhubungan
dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
Tujuan :
Kelelahan tidak terjadi
Kriteria hasil :
menetapkan secara verbal tentang tingkat energi peka rangsang dari saraf
sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.
Intervensi:
1)
Pantau tanda-tanda vital dan catat
nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas.
2)
Catat berkembangnya takipnea,
dipsnea, pucat saat sianosis
3)
Berikan/ciptakan lingkungan yang
terang
4)
Sarankan pasien pasien untuk
mengurangi aktivitas dan meningkatkan aktivitas dan meningkatkan istirahat
ditempat tidur sebanyak-banyaknya jika memungkinkan
5)
Berikan tindakan yang membuat pasien
nyaman seperti sentuhan/ massase, bedak sejuk.
6)
Berikan obat sesuai indikasi :
sedatif (fenobarbital/luminal),transquilizer misal klordiazepoxsida (librium).
c.
Risiko tinggi terhadap
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan).
Tujuan :
Penurunan nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Menunjukan berat badan yang stabil, disertai nilai laboratorium normal dan
terbebas dari tanda-tanda malutrisi.
Intervensi:
1)
Auskultasi bising usus
2)
Catat dan laporkan adnya anoreksia
kelemahan umum/ nyeri abdomen mual muntah.
3)
Pantau masukan makanan setiap hari.
Timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya penurunan berat badan
4)
Konsultasikan dengan ahli gizi untuk
memberikan diit tinggi kalori, tinggi protein, karbohidrat dan vitamin
5)
Berikan obat sesuai indikasi : glukosa,
vitamin B kompleks.
d.
Risiko tinggi terhadap
kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme
perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
Tujuan :
kerusakan integritas jaringa tidak terjadi
Kriteria hasil :
mempertahankan kelembaban membran mukosa terbebas dari ulkus dan mampu
mengidentufikasi tindakan untuk memberikan perlindungan pada mata
Intervensi:
1) Observasi edema
periorbital, gangguan penutupan kelopak mata, gangguan penutupan kelopak mata,
lapang pandang penglihatan sempit, air mata yang berlebihan.
2) Catatadanya
fotophobia, rasa adanya benda di luar mata dan nyeri pada mata
3) Evalusi
ketajaman mata, laporkan adanya pandangan mata kabur atau pandangan ganda
(diplopia).
4) Bagian kepala
tempat tidur di tinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi
5) Instruksikan
agar pasien melatih otot mata ekstraokuler jika memungkinkan.
6) Kolabrasi
berikan obat sesuai indikasi : obat tetes mata metilselulosa, ACTH, prednison,
obat anti tiroid, diuretik.
7) Siapkan pembedahan
sesuai indikasi
e.
Ansietas berhubungan dengan
faktor fisiologis: status hipermetabolik.
Tujuan :
Ansietas tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi. Klien mampu
mengidentifikasi cara hidup sehat
Intervensi:
1)
Observasi tingkah laku yang menunjukan tingkat
ansietas.
2)
Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang
berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia.
3)
Kurangi stimulasi dari luar : tempatkan pada ruangan
yang tenang
4)
Terangkan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap
diberikan sesuai dengan perkembangan terapi obat.
5)
Berikan obat ansietas (transquilizer,sedatif) dan
pantau efeknya.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang
penyakitnya dengan kriteria : Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
Intervensi :
1)
Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa
depanberdasarkan informasi
2)
Berikan informasi yang tepat
3)
Identifikasi sumber stress
4)
Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat
5)
Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid
4.
Pelaksanaan
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya
fisik dan perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat perkembangan
pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan,
membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi
dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan
(Nursalam, 2008).
5.
Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah
terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana
tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak
(Hidayat ,2004).
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian
yaitu evaluasi formatif yang disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka
pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan
yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi
akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan
tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran
yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”.
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana
keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil
perbandingan standar yang telah
ditentukan sebelumnya (Nursalam
2008).
BAB III
LAPORAN
KASUS
Pada Bab ini penulis
akan membahas dan menggunakan lebih lanjut tentang “Asuhan Keperawatan pada
Klien Ny. N dengan Hipertiroid di Unit Pelayanan Fungsional Dalam Wanita Rumah
Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak ”. Studi kasus ini dilaksanakan selama
tiga hari perawatan yaitu dimulai dari tanggal 12 Mei sampai 14 Mei 2014. Dalam penyusunan laporan hasil
studi kasus ini penulis menggunakan metode pendekatan proses keperawatan yang
terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
A.
Pengkajian
Pada tahap pengkajian
ini, penulis menggunakan data primer yang berupa data langsung dari klien dan
data sekunder yang diperoleh dari keluarga dan perawat ruangan dimana klien
dirawat yaitu Unit Pelayaan Fungsional Dalam wanita. Adapun cara pengumpulan
data dengan menggunakan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, catatan
medis, dan pemeriksaan penunjang.
1.
Identitas
Klien
Klien berinisial Ny. Y,
berumur 26 tahun, beragama Islam, bangsa / suku adalah WNI / melayu, pendidikan
terakhir SD, pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga, status perkawinan sudah menikah,
alamat di Jl. Dusun Mega Jaya Pontianak, dengan diagnosa medis hipertiroid.
2. Keluhan
Utama
Sesak (+), badan
sebelah kanan terasa lemah (+), sakit sudah 4 hari
3. Riwayat
penyakit sekarang
Klien mengatakan pusing kepala pada saat mau ke WC,
mata terasa berputar – putar dan pemandangan gelap. Badan terasa panas, S: 38,3
oC
4. Riwayat
Kesehatan dahulu
Klien mengatakan bahwa
tidak pernah mengalami penyakit DM, Hemoroid dan penyakit hipertensi.
5. Riwayat
Kesehatan Keluarga
Pada saat di data klien
dan keluarga tidak pernah mengalami penyakit yang sering yaitu demam dan batuk
biasa.
Genogram:
Keterangan: : Laki – laki X :
Meninggal
: Perempuan
: Tinggal
serumah
: Pasien
6. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit
Lingkungan rumah klien sangat bersih, perkarangan rumah
dimanfaatkn untuk bercocok tanam.
7. Pola Fungsi Kesehatan
a.
Pola persepsi dan tata tertib
laksana kesehatan
Klien
bisanya minum teh setiap pagi dan klien jarang berolahraga
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum sakit
Klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, lauk,
dan sayur. Klien biasanya menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan.nafsu
makan baik dan minum 6 – 8 gelas perhari.
Saat sakit
Klien mengatakan makan 1 kali sehari dan menghabiskan 3 sendok
makan dari porsi makanan yang disediakan di rumah sakit dan minum klien hanya
bisa menghabiskan 2-3 gelas sehari.
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit
Klien mengatakan BAK lancar tidk ada rasa sakit 4 – 5 x sehari
berwarna kuning pekat dan BAB 2 x / hari dengan kosisten lunak.
Saat Sakit
Klien mengatakan BAK 2-3 x/hari, selama di rumah sakit klien tidak
ada BAB.
d. Pola aktivitas dan kebersihan diri
Sebelum sakit
Klien mengatakan beraktivitas secara mandiri dan mandi 2 -3 x hari
dengan menggunakan sabun dan shampo, menggosok gigi 2x / hari dengan
menggunakan pasta gigi.
Saat Sakit
Klien mengatakan mandi hanya di lap – lap saja oleh keluarga dan
klie beraktivitas dibantu perawat dan keluarga.
e. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit
Klien mengatakan tidur malam 6 – 7 jam/hari dan tidur siang 1-2
jam/hari.
Saat sakit
Klien mengatakan tidur siang lebih dari 2 jam tetapi sering
terbangun..
f.
Pola Kognitif dan
persepsi sensori
Klien
sehari – hari menggunakan bahsa melayu. Dapat mengikuti instruksi
perawat/dokter dengan baik.
g.
Pola Konsep diri
Gambaran
diri : klien menyukai seluruh anggota
tubuhnya.
Ideal
diri : klien ingin cepat sembuh dan ingin pulang
Harga
diri : klien menerima penyakit yang dideritanya
Peran
diri : klien seorang ibu dari satu anaknya
Identitas
diri : klien seorang anak perempuan dari tiga bersaudara.
h.
Pola
hubungan peran
Hubungan klien dengan
keluarga serta tetangganya harmonis, komunikai klien dengan perawat/dokter
dapat berkomunikasi dengan baik.
i.
Pola fungsi
seksual
Klien
mengatakan tidak mengalami masalah dalam fungsi seksual
j.
Pola mekanisme Koping
Klien
orangnya ceria, mudah bergaul dan klien dengan keluarganya sangat baik, klien
memecahkan masalahnya dengan membicarakn pada kelurganya.
k.
Pola nilai Kepercayaan
Sebelum
sakit :klienmengatakan dirinya beragama Islam dan berada di rumahnya klien
beraktivitas dan melakukan ibadah sembahyang
Saat
sakit : Klien mengatakan di rumah sakit hanya dapat berdoa dalam hati saja.
8.
Pemeriksaan
fisik
a. Status
kesehatan umum
1) Keadaan
umum : Lemah
2) Kesadaran : composmetis
3) Nilai
GCS :15
E:4 (membuka mata dengan spontan)
M:6 (menurut sesuai perintah)
V:5 (tepat menjawab/ orientasi
penuh)
4) Tanda
– tanda vital
Suhu : 38,3 oC
Nadi : 88 x/mnt
Tekanan Darah : 120/70
mmHg
Pernafasan :
24 x /mnt
Tinggi Badan :
120/70 cm
Berat badan sebelum sakit : 48 Kg
Berat badan saat sakit : 45 Kg
b. Sistem
pernafasan
Inspeksi
: bentuk hidung simetris, membran mukosa berwarna merah muda, tidak terdapat
sekret, pengembangan dada simetris, frekuensi nafas 24x/menit
Palpasi
: tidak terdapat nyeri tekan pada isnus maksilaris dan frontalis ekspansi dinding
dada kiri dan kanan sama.
c.
Sistem kardioaskuler
Inspeksi
: tidak terlihat getar jantung
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Perkusi
: tidak terdengar suara pekak
Auskultasi
: terengar suara S1 dan S2 (lub – dub) irama reguler
d.
Sistem persyarafan
Syaraf
olfaktorius : klien dapat membedakan bau – buan dengan baik
Syaraf
optkus : penglihatan klien normal
Syaraf
okulanotorius : gerakan bola mata normal
Syaraf
trochlearis : klien dapat menelan minum dengan baik
Syaraf
abdusen : gerakan bola mata kiri dan kanan normal
Syaraf fasialis : klien
dapat melakukan perintah dengan baik seperti mengerutkan dahi
Syaraf auskustikus :
tidak ada masalah dengan pendengaran.
Syaraf glosofarigius :
dapat membdakan berbagai macam rasa seperti manis, atau pahit
Syaraf vagus : klien
dapat menelan
Syaraf aksesorius :
kontraksi otot leher dan bahu normal
Syaraf hipoglosus :
pergerakan lidah normal.
e.
Sistem pencernaan
Inspeksi
: bentuk mulut simetris, mukosa bibir kering, tidak terdapat lesi atau
stomatitis, lidah berwarna merah muda.
Auskultasi:
gerakan peristaltik usus normal
Palpasi
: terdpat nyeri tekan
Perkusi
: bunyi normal(timpani)
f.
Sistem muskuloskeletal
Inspeksi
: tidak ada odema pada bagian kiri terpasang inus RL 20 tpm
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Kekuatan
otot 5 5
5 5
Perkusi : tidak ada
nyeri tekan
g.
Sistem perkemihan
Alat
genetalia bersih, urine berwarna kuning, ada nyeri tekan dantidak ada keluhan
saat BAK
h.
Sistem integumen
Warna
kulit sawo matang, turgor baik, kulit bersih, tidak ada penyakit kulit, tekstur
kulit elastis
i.
Sistem endokrin
Inspeksi
: tidak ada pembesaran kelnjar tyroid dan kelnjar limfa
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
j.
Sistem reproduksi
Tidak
terkaji berubungan dengan privasi klien
k.
Sistem imunitas
Tidak
terkaji
9. Data
penunjang
Laboratorium
Hb 11,8
g/dl
Leukosit 5200
set/mm3
Eritrosit 4,1
juta/ mm3
Kolestreol total 208 mg/dl
10. Terapi
Tgl 12 – 05- 2014
Inj
ceftriaxsone 2x1 g/iv /12 jam
Inj. Ranitidine 25 mg, 3x1/IV/8 jam
Tgl 13 – 05- 2014
Inj
ceftriaxsone 2x1 g/iv /12 jam
Inj. Ranitidine 25 mg, 3x1/IV/8 jam
Tgl 14 – 05- 2014
IUFD
RL 20 tpm + keterolac 3 mg + Ranitidine 25 mg + Tramadol 4 mg drip
Analisa Data
NO
|
Symptom
|
Etiologi
|
Problem
|
1
|
DS
: Klien mengatakan badan terasa panas
DO:
- Klien tampak lemah
- S:38 ,3oC
- Mukosa
bibir kering
|
Proses
jalannya penyakit
|
Hipertermi
|
2
|
DS: Klien mengatakan makan 1 x/
hari pada saat pagi hari dengan 3 sendok dari porsi makanan yang disediakan
DO:- klien tampak lemah
|
Anoreksia
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
3
4.
|
DS: Klien mengatakan selama di
rumah sakit klien hanya berbaring lemas di tempat tidur.
DO: Klien tampak lemah
Aktivitas klien dibantu oleh
keluarga
Skala aktivitas 3
DS:Klien mengatakan tidak
mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
DO: Klien tampak bertanya -
tanya
|
Kelemahan
Fisik
Kurang
terpaparnya informasi tentang penyakit
|
Intoleransi
Aktivitas
Kurang
pengetahuan
|
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah
dilakukan pengkajian dan analisa data, maka tahap selanjutnya adalah perumusan
diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Ny. N
adalah sebagai berikut :
1.
Hipertemi b/d proses jalannya penyakit
2.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
3.
Intoleransi aktivitas
b/d kelemahan fisik
4.
Kurangnya pengetahuan
b/d kurang terpaparnya informasi tentang penyakit.
C. Perencanaan
Pada
tahap ini dirumuskan tujuan dan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
keperawatan yang ada adalah sebagai berikut:
No
|
Dx
keperawatan
|
Tujuan
dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Hipertemi b/d proses jalannya penyakit
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3 x 24 jam suhu tubuh kembali normal dengan KH:
1. Tidak
ada tanda – tanda infeksi
2. Mukosa
bibir lembab
3. S:37oC
|
1. Berikan
kompres air hangat sesuai kebutuhan
2. Anjurkan
klien menggunakan baju yang dapat menyebabkan keringat
3. Pertahankan
lingkungan yang sejuk
4. Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian obat
|
1. Dapat
membantu penurunan panas yang dialami klien
2. Kondisi
tubuh yang lembab memicu pertumbuhan jamur
3. Membantu
menjaga suhu tubuh klien agar dalam keadaan normal
4. Membantu
menurunkan suku tubuh
|
2
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Setelah
di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan nutrisi klien tercukupi
dengan KH:
1. Porsi
makan kembali normal
2. Bb
normal
3. Tidak
menunjukkan tanda – tanda malnutrisi
|
1. Awasi
pemasukan diet
2. Anjurkan
klien makan sedikit tapi sering
3. Berikan
Ht tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
4. Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian obat
|
1. Untuk
menghindari mual muntah
2. Meningkatkan
nafsu makan
3. Meningkatkan
pengetahuan klien tentang nutrisi
4. Memberikan
terapi yang tepat bagi klien
|
3.
|
Intoleransi aktivitas b/d
kelemahan fisik
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat melakukan aktivitas dengan
KH:
- Klien
dapat melakukan aktifitas sendirian
|
1. Observasi
TTV
2. Bantu
dan latih klien untuk melakukan aktivitas / gerakan
3. Atur
posis secara periodik, sesuai kondisi klien
4. Memahami
klien untuk melakukan latihan
|
1.mengetahui keadaan umum klien
2.Meningkatkan asa percaya diri
klien dan minimalkan resiko dekubitus
3.Perubahan posisi menurunkan
resiko komplikasi akut
4.Memberikan rasa percaya diri
dan memberikan semangat agar klien cepat sembuh
|
4
|
Kurangnya pengetahuan b/d
kurang terpaparnya informasi tentang penyakit.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam keluarga klien mulai mengerti tentang penyakit
Hipertiroid dengan K.H:
klien tidak bingung lagi
Informasi sudah didapat
|
1. Kaji
tingkat pengetahuan keluarga
2. Memberikan
penyuluhan kesehatan tentang penyakit hipertiroid
3. Gali
sumber-sumber dukungan yang ada
|
1. Untuk
mengetahui pengetahuan keluarga
2. Agar
keluarga klien mengerti tentang penyakit thypoid
3. Agar
keluarga klien lebih mengetahui tentang penyakit thypoid
|
D. Pelaksanaan
NO
|
Dx
keperawatan
|
Tanggal/jam
|
Implementasi
|
paraf
|
1
|
Hipertemi b/d proses jalannya penyakit
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d anoreksia
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
Kurangnya
pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi tentang penyakit.
|
12-5-2014
|
D
: Klien mengatakan badan terasa panas
A:- Memberikan kompres hangat sesuai kebutuhan.
-
menganjurkan klien menggunakan baju
yang dapat menyerap keringat.
-
Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat
R:
- Klien tampak lemah
-
Klien merasa tubuhnya panas
-
S: 38,3oC
D: Klien mengatakan makan 1 x/
hari pada saat pagi hari dengan 3 sendok dari porsi makanan yang disediakan
A:
- mengawasi pemasukan diet
-
menganjurkan klien makan sedikit tapi
sering
-
memberikan HE tentang pentingnya
nutrisi bagi tubuh
-
mengkolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat
R: Klien
tampak lemah
-
Klien hanya menghabiskan ¼ dari porsi
makanan
D: Klien
mengatakan tidak bisa melakukan aktivitasnya sendiri
A: - mengkaji
skala aktifitas
- Membantu
klien melakukan aktifitas
- Mendekatkan
barang yang diperlukan klien
R: - Skala aktivitas 3
- Aktivitas
klien dibantu
Keluarga
- Klien
hanya baring ditempat tidur
D:Klien mengatakan tidak
mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
A: - kaji tingkat
pengetahuan
klien
-
Memberikan penyuluhan kesehatan
tentang hipertiroid
R:
-klien masih bingung
-
Keluarga Klien masih belum mengerti
tentang proses penyakit klien
|
|
2
|
Hipertemi b/d proses jalannya penyakit
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d anoreksia
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
Kurangnya
pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi tentang penyakit.
|
13-5-2014
|
D
: Klien mengatakan badan terasa panas
A:- berikan kompres hangat sesuai kebutuhan.
-
Anjurkan klien menggunakan baju yang
dapat menyerap keringat.
-
Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat
R:
- Klien tampak lemah
-
Klien merasa tubuhnya tidak panas lagi
-
S: 37oC
D: Klien mengatakan
menghabiskan ¼ dari porsi makanan yang disediakan
A:
- Anjurkan klien makan sedikit tapi
sering
-
Berikan HE tentang pentingnya nutrisi
bagi tubuh
-
Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat
R: - Klien tampak
menghabiskan ½ dari porsi makanan
-
Klien tampak kooperatif
D: Klien
mengatakan tidak bisa melakukan aktivitasnya sendiri
A: - mengkaji
skala aktifitas
- Membantu
klien melakukan aktifitas
- Mendekatkan
barang yang diperlukan klien
R: - Skala aktivitas 2
- Klien
sudah dapat duduk dan mandi tapi dibantu keluarga
D:Klien mengatakan sudah
mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
A: - kaji tingkat
pengetahuan
klien
-
Memberikan penyuluhan kesehatan
tentang hipertiroid
R:
-klien tampak mengerti tentang penyakit hipertiroid
-
Keluarga Klien sudah mengerti tentang
proses penyakit klien dan pengobatannya
|
|
3
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
|
14-5-2014
|
D: Klien mengatakan
menghabiskan ½ dari porsi makanan yang
disediakan
A:
- Anjurkan klien makan sedikit tapi
sering
-
Berikan HE tentang pentingnya nutrisi
bagi tubuh
-
Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat
R: - Klien
tampak menghabiskan 1 dari porsi makanan
-
Klien tampak kooperatif
D: Klien
mengatakan tidak bisa melakukan aktivitasnya sendiri
A: - mengkaji
skala aktifitas
- Membantu
klien melakukan aktifitas
- Mendekatkan
barang yang diperlukan klien
R: - Skala aktivitas 1
- Klien
sudah dapat duduk dan mandi secara mandiri
|
|
E. Evaluasi
No
|
Dx
keperawatan
|
Tanggal/jam
|
Evaluasi
|
paraf
|
1
|
Hipertemi b/d proses jalannya penyakit
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d anoreksia
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
Kurangnya
pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi tentang penyakit.
|
12-5-2014
|
S
: Klien mengatakan badan
terasa panas
O:
- Klien tampak lemah
- S:38 ,3oC
- Mukosa
bibir kering
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1,2,3,4
I: - berikan
kompres hangat sesuai kebutuhan.
-
menganjurkan klien menggunakan baju
yang dapat menyerap keringat.
-
Pertahankan linkungan yang sejuk
-
Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat
E:
-Klien tampak lemah
-
Klien merasa tubuhnya panas
-
S: 38,3oC
S: Klien mengatakan tidak nafsu
makan
O:- klien tampak lemah
- Klien
tampak menghabiskan ¼ dari porsi makanan yang disediakan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4
I: -Awasi
pemasukan diet
-
Anjurkan klien makan sedikit tapi
sering
-
Berikan HE tentang pentingnya nutrisi
bagi tubuh
-
Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat
S: Klien mengatakan selama di rumah
sakit klien hanya berbaring lemas di tempat tidur.
O: -Klien tampak lemah
- Aktivitas
klien dibantu oleh keluarga
- Skala
aktivitas 3
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1,2,3,
I: - mengkaji skala aktifitas
Membantu klien melakukan aktifitas
Mendekatkan barang yang
diperlukan klien
E: - Skala aktivitas 3
- Aktivitas
klien dibantu
keluarga
-
Klien hanya
baring ditempat tidur
S:Klien mengatakan tidak
mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
O: Klien tampak bertanya –
tanya
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 1,dan
2
I: - kaji
tingkat pengetahuan
klien
-
Memberikan penyuluhan kesehatan
tentang hipertiroid
E:-
klien masih bingung
-
Keluarga klien masih belum mengerti
tentang proses penyakit klien
|
|
2
|
Hipertemi b/d proses jalannya penyakit
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d anoreksia
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
Kurangnya
pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi tentang penyakit.
|
13-5-2014
|
S
: Klien mengatakan badan
terasa panas
O:
- Klien tampak lemah
- S:37 oC
- Mukosa
bibir lembab
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
S: Klien mengatakan sudah nafsu
makan
O:- klien tampak lemah
- Klien
tampak menghabiskan ½ dari porsi
makanan yang disediakan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4
S: Klien mengatakan sudah dapat
duduk dan mandi tapi masih dibantu oleh keluarga.
O: -Klien tampak lemah
- Aktivitas
klien dibantu oleh keluarga
- Skala
aktivitas 2
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3
S:Klien mengatakan sudah
mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
O: Klien tidak bertanya – tanya
lagi
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan.
|
|
3
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
Intoleransi
aktivitas b/d kelemahan fisik
|
14-5-2014
|
S: Klien mengatakan sudah nafsu
makan
O:- klien tampak segar
- Klien
tampak menghabiskan 1 dari porsi makanan yang disediakan
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
S: Klien mengatakan sudah duduk
dan mandi secara mandiri
O: -Klien melakukan
aktivitasnya secara mandiri
- Skala
aktivitas 1
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
|
|
Daftar Pustaka
Amin, Hardi .2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC – NOC. Edisi 1 Revisi. Yogyakarta : Mediaction.
Black & Hawks. (2005). Medical Surgical
Nursing: Clinical Management for Positive Outcomes, 7th Edition.
Philadelphia: Elsevier Saunders
Doenges, Marilyn B, dkk. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hidayat, A. Azis Alimul .2005. Pengantar
Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru
W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid 1, Edisi 4. Jakarta. Interna Publishing.
Nassisi D .2008. Stroke,
Hemorrhagic. Departement of Emergency Medicine, Mount Sinai Medical Center.
Available from:http://emedicine.medscape.com [Accessed 10 Juni 2014]
Nursalam.
2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Price, S.A & Wilson. L.M. .2006. Patofisiologi
: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 vol 2. Jakarta: EGC