Selasa, 05 Maret 2013

Sebuah Pilihan



Cinta berawal dari mata dan turun kehati, itu kata para pepatah. Tiada habisnya kita membahas tentang cinta, cinta itu anugerah yang kita miliki didunia ini hingga cinta itu hadir dalam kehidupan kita, kejenjang ikatan pernikahan dan berakhir sebuah perpisahan. Cinta selalu ada penantian, harapan, kesedihan dan kebahagian. Semua itu yang selalu menemani cinta. cinta tidak ada hentinya bahkan kehidupan dan kematian lebih lemah lagi dari cinta.
Dalam urusan cinta kita memiliki masa depan yang telah dirancang untuk kejenjang yang lebih serius dalam urusan ini selalu memiliki dua pilihan dalam kita memncintai, menikah itu adalah sunah rasulullah, dari pernikahanlah agama itu ditegapkan dan kesempurnaan agama yang kita anut menjadi sempurna dan bila kita menjalankan dengan ajaran islam. Kita bisa memilih dan Allah yang menentukan segalanya. Ada 2 cara menikah dengan cinta yaitu: 
1.    Menikahi orang yang kita cintai
Dimana pilihan ini biasanya terlalu banyak merasa dirugikan dan banyak menuntut kesempurnaan dalam cinta, setelah menikah banyak rencana yang tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi cinta ini lah yang membuat berarti karena orang yang kita perjuangkan yang kita sayangi tidak lekang oleh waktu dan tak terpisahkan oleh apa pun. 
2.    Mencintai orang yang kita nikahi
Cinta ini adalah cinta yang berawal dari perjodohan atau cinta yang tidak pernah disangka-sangka. Dimana kita mengenal dan pacaran saat kita sudah menikah. Dimana kita tidak mengenal sifat dan karakter pasangan kita. Ini pengujian terhadap kita untuk menerima apa adanya, dan ikhlas apapun kekurangannya dan saling mengisi satu sama lainya.

Cinta adalah pilihan hati dan hati adalah urusan Ilahi. Semua kembali kepada Ilahi. Apa pun jalan itu pasti semua kebaikan dan pilihan Allah.

Belajar Dari Burung Hantu



Cukup banyak orang kurang menyukai burung hantu, apa karena nama yang menyeramkan atau kebuasannya. Burung hantu mempunyai mata yang menghadap kedepan tidak seperti burung lain pada umumnya. Dengan warna bulu yang elok. Burung hantu mempunyai mata yang tajam dan bila terbang burung hantu tidak mengeluarkan suara kepakan sayapnya. burung hantu memiliki jarak pendengaran yang kurang baik seperti manusia, tetapi pendengaranya lebih halus dan tajam pada frekuensi tertentu. Burung hantu hanya mengeluarkan suara “uhu..”, tidak seperi burung yang lain yang banyak kicauannya.



Belajar dari burung hantu
Kita sebagai manusia pada umumnya diberi karunia oleh Tuhan mempunyai telinga dua, mata dua dan lidah satu. Terkadang kita belum bisa menempatkan kondisi ini sebagai mestinya. Maka dari iu belajarlah dari sesosok hewan yaitu burung hantu. Lebih banyak mendengar dari pada bersuara, lebih sedikit bicara dari pada melihat.
Kita telah diberi kuadrat bahwa manusia lebih baik dari mahluk-mahluk yang diciptakan Yang Maha Kuasa karena manusia diberi keistimewaan kelebihan dari mahluk-mahluk lainnya. Kita diberikan pikiran untuk selalu berpikir. Kita diberi telinga kiri dan kanan agar kita lebih banyak mendengar, kita diberi mata kiri dan kanan agar kita lebih banyak melihat sekeliling kita dan kita di beri lidah satu karena kita harus membatasi bicara kita. Bicara kita menunjukkan tindakan kita bila saja kita salah bicara bisa saja itu terjadi dosa dan melukai perasaan orang lain.
Mulut mu harimau mu, kata pepatah. Jadilah seperti burung hantu yang memamfaatkan kondisi semestinya, dan dengan mudah melakukan apa yang menjadi aktivitasnya sebagai seekor burung.

Senin, 04 Maret 2013

Sahabat


     Periksalah kembali persahabatan yang pernah anda rajut. Apakah anda telah melupakannya, dengan waktu yang kita sia-siakan terkadang kita melupakan sahabat-sahabat kita. Dengan bekerja keras dan meniti karier bukan berarti memisahkan kita dari tali persahabatan. Memang pohon yang berdiri besar berdiri sendiri. Pohon yang rendah tumbuh bersemak-semak. Demikianlah hidup kita? Bukan. Jangan kacaukan karier dan cinta kita dengan kehidupan semestinya. Terkadang kalau kita mengenal cinta kepada insan yang berbeda  kita sering melupakan sahabat dimana kita selalu berbagi keluh kesah dengan sahabat, lalu kita melupakan sekitar kita yang selalu ada untuk kita. Dimana kita selalu menggagung-ngagungi kekasih kita, padahal semua itu bersifat sementara. Belum tentu semua bersifat selamanya. Seorang sahabatlah yang mampu mempertahankan tali silaturahmi sampai dunia berakhir. Padahal mereka mengharapkan kehadiran seorang sahabat yang selalu ada untuk dia. Apakah semua harus berubah dan saling melupakan. Persahabatan bagian dari hidup kita, jangan sia-siakan persahabatan.
     Ada bedanya orang yang kita kasihi dengan seorang sahabat, itu terletak kepada sebuah pengorbanan. Seorang kekasih akan melakukan apa yang diinginkan pacarnya hanya karena mereka masih berhubungan. Apakah nanti disaat tidak ada hubungan lagi kekasih akan melakukan hal yang sama dengan disaat masih berhubungan , pasti ada pertimbangan dan perhitungannnya. Tetapi seorang sahabat dimana pun, kapan pun dia selalu ada untuk sahabatnya. Mantan kekasih ada di dunia ini, apakah ada mantan sahabat?
     Orang bijak bilang bahwa sahabat adalah satu jiwa dalam tubuh yang berbeda. Binalah persahabatan, kita akan merasakan betapa kayanya hidup. Berbagi kesedihan pada sahabat, mengurangi kesedihan. Berbagi kebahagian pada sahabat memperkokoh kebahgian.
Sahabta paling terdekat kita adalah keluarga. Itulah mengapa persahabatan meringankan beban kita, karena didalam persahabatan tidak ada perhitungan. Disana kita bisa belajar hal-hal yang tidak diinginkan dan melakukan hal-hal yang diinginkan.


Asuhan Keperawatan dengan Thypoid Fever


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 2001 ).
Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderungmeningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier.
Demam typhoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan penyediaan sarana air yang baik dapatmengurangi penyebaran penyakit ini.

Penyebaran geografis dan musim : Kasus-kasus demam typhoid terdapat hampir di seluruh bagian dunia. Penyebarannya tidak  bergantung pada iklim maupun musim. Penyakit itu sering merebak di daerah yangkebersihan lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan.
Penyebaran usia dan jenis kelamin: Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit itu lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa seringmengalami dengan gejala yang tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh sendiri.Persentase penderita dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawahini. Usia persentase: 12 – 29 tahun 70 – 80 %, 30 – 39 tahun 10 – 20 %, > 40 tahun 5 – 10 %.

B.     Ruang Lingkup Penulisan
Adapun ruang lingkup penulis dalam karya tulis ilmiah adalah tentang asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Typhoid Fever di Ruang Isolasi (H)  Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso Pontianak. Dengan lama perawatan selama 3 hari dari tanggal 16 April 2012 - 18 April 2012. Karya tulis iliah dibahas dan dilakukan dengan pendekatan keperawatan yang komprehensif.


C.    Tujuan Penulisan
Tujuan Umum:
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut :
Diharapkan mahasiswa dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik dan tepat waktu.
Tujuan khusus:
a.       Meningkatkan pengetahuan tentang konsep dan teori keperawatan klien dengan penyakit Typhoid Fever.
b.      Memberikan asuhan keperawatan secara tepat melalui dari tahap pengkajian, perumusan dari diagnosa keperawatan, pembuatan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi terhadp tindakan dan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
c.       Menggunakan sebagai bahan perbandingan antara konsep dan teori yang didapat dengan khusus yang ada dilapangan.
d.       Mengidentifikasi faktor penghambat dan penunjang dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Ny. B Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Typhoid Fever Ruang Isolasi (H) Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso Pontianak.




D.    Metode Penulisan
Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan metode deskrptif yaitu dengan mengungkapkan faktor-faktor dan data yang didapat.dapun cara-cara pengumpulan data yang di gunakan adalah sebagai berikut:
1.      Studi kepustakaan yaitu Menggunakan literatur-literatur kepustakaan yang berhubungan dengan konsep dasar dan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Typhoid Fever serta bahan-bahan kuliah selama di Akademi Keperawatan Pemda Ketapang.
2.      Studi kasus yaitu Berdasarkan pengkajian kasus yang dilakukan dilapangan pada pasien Ny.B. dengan Typhoid Fever serta pemberian asuhan langsung.

E.     Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan pada laporan hasil studi kasus ini adalah:
Bab I      : Terdiri dari, Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah terjadinya Typhoid Fever, Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.
Bab II     : Terdiri dari, menjelasakan konsep teori tentang Tyhpoid Fever dan Asuhan Keperawatan.
Bab III   : Terdiri dari, menguraikan laporan kasus
Bab IV   : Terdiri dari, menguraikan tentang pembahasan dari hasil laporan kasus Typhoid Fever pada klien Ny. B
Bab V     : Terdiri dari, penutup, kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Konsep Dasar
Pada bab ini akan menguraikan konsep dasar Typhoid Fever  serta dengan asuhan keperawatan secara teoritis.
  1. Definisi
Deman Typhoid adalah penyakit akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan segala deman, gangguaan pada saluran pencernaan.(Mansjoer, 2002,; 432)
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 2001 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. (www.sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com)
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
  1. Anatomi Fisiologi
a.       Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dari dua bagian yaitu:
1)      Bagian atas: gusi, gigi, bibir, dan pipi.
2)      Bagian dalam/rongga mulut.
b.      Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (esofagus).
c.       Esofagus
Terletak di mediastrium rongga torakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10 inci), menjadi distensi bila maknan melewatinya.
d.      Lambung
Ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas sekitar 1500 ml. Intlet ke lambung disebut pertemuan esofagogastirk. Bagian ini dikelilingi oleh cincin otot halus , disebut sfringter esofagus bawah atau springter kardia. Yang pada saat kontraksi, menutup lambung dari esofagus. Lambung dapat dibagi kedalam empat bagian anatomi: kardia (jalan masuk), fundus, korpus dan pilarus ( outtlet).
e.       Springter piloris
Otot halus serkuler di diding pilorus yang berfungsi mengontol lubang diantara lambung dan usus halus.
f.       Usus halus
Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum, dengan panjangnya kurang lebih 2 m.
Lapisan usus halus terdiri dari:
1)      Lapisan mukosa
2)      Lapisan otot
3)      Lapisan serosa (luar)
Usus halus terdiri dari 2 bagian yaitu:
1)      Duodenum (usus duabelas jari)
Dengan panjang kurang lebih 25 cm, pada duo denim terdapat muara saluran empedu dan saluran pankreas.
2)      Yeyunum dan ileum
Dengan panjang kurang lebih 6 m, ujung bawah illeum berhubungan dengan perantaraan lubang yang bernama orifisim illeoseikal.


Fungsi usus halus:
1)   Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler oleh darah dan saluran limpa.
2)   Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3)   Menyerap karbohidrat dalam bentuk monosakarida.
Dalam usus halus teradapat kelenjar yang menghasilkan getah usus antara lain:
1)   Entero kinase, mengaktifkan enzim proteolitik.
2)   Eripsin, menerima protein menjadi asam amino.
g.      Usus besar
Usus besar panjangnya kurang lebih 1,5 m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan usus besar terdiri dari (dari dalam keluar):
1)      Selaput lendir
2)      Lapisan otot
3)      Lapisan ikat
4)      Jaringan ikat
Fungsi usus besar:
1)      Menyerap air dari makanan
2)      Tempat tinggal bakteri coli
3)      Tempat feses

Usus besar terdiri dari 7 bagian:
1.      Sekum
2.      Kolon asenden
Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari illeum sampai ke hati, panjangnya kurang lebih 13 cm.
3.      Apendik (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang kurang lebih 6 cm
4.      Kolon tranversum
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan panjang kurang lebih 38 cm.
5.      Kolon desenden
Terletak dalam rongga abdomen sebelah kiri membujur dari atas ke bawah dengan panjangnya kurang lebih 25 cm.
6.      Kolon sigmoid
Terletak di dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf  ‘S’, ujung bawah berhubungan dengan rektum.
7.      Rektum
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus.



  1. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

  1. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.



  PATHWAY TYPHOID
Salmonella typhosa

Saluran pencernaan

Diserap oleh usus halus

Bakteri memasuki aliran darah sistemik

Pendarahan dan Nyeri perabaan

Tukak Hepatomegali Splenomegali Demam

Kelenjar limfoid Hati Limpa Endotoksin usus halus

Perforasi Mual/tidak nafsu makan

Resiko kurang volume cairan

Perubahan nutrisi

Sumber: Suriadi & Rita Yuliani, 2001.

5.        Manifestasi Klinis
Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
a.       Minggu I
pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
b.      Minggu II
pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran

6.        Kompikasi
a.       Komplikasi intestinal
1)      Perdarahan usus
2)      Perporasi usus
3)      Ilius paralitik
b.      Komplikasi extra intestinal        
1)       Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2)       Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
3)       Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4)       Komplikasi pada hepar dan kandung empedu :
hepatitis, kolesistitis.
5)       Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis
dan perinepritis.
6)       Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
7)       Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia

7.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1)      Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2)   Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3)   Vaksinasi di masa lampau          
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.

4)   Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a)      Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
b)       Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
c)      Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Pada orang normal, agglutinin O dan H positif. Aglutinin O bisa sampai 1/10 sedangkan agglutinin H normal bisa 1/80 atau 1/160.
1/10. 1/80, 1/160 ini merupakan titer atau konsentrasi. Pada orang normal tetap ditemukan positif karena setiap waktu semua orang selalu terpapar kkuman Salmonella. Tes widal dikatakan positif jika
H 1/800 dan O 1/400.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
a. Faktor yang berhubungan dengan klien :
1.  Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
3.  Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
4.  Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
5.  Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.
6.  Vaksinasi (penanaman bibit penyakit yg sudah dilemahkan ke dl tubuh manusia) dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
7.  Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.
8.  Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.
b. Faktor-faktor Teknis
1.    Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
2.     Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.
Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.

  1. Penataksanaan
a.       Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
b.      Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
c.       Diet.
d.      Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
e.       Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
f.       Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
g.      Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
h.      Obat-obatan.
i.        Klorampenikol
j.        Tiampenikol
k.      Kotrimoxazol
l.        Amoxilin dan ampicillin




B.     Asuhan Keperawatan
               Asuhan keperawatan adalah factor penting dalam survival pasien dan dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitas dan preventif perawatan kesehatan. Ketika pasien memasuki system pelayanan kesehatan, perawat menggunakan dengan langkah-langkah pada proses keperawatan, mengumpulkan data, mengidentifikasi masalah. Kebutuhan diagnose keperawatan) menetapkan tujuan-tujuan mengidentifikasi hasil dan memilih intervensi keperawatan untuk mencapai hasil serta tujuan ini. (Doengoes : 2000).
Proses keperawatan terdiri dari:
1.      Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan dari proses keperawatan tersebut. Pengkajian harus dilakukan secara teliti sehingga didapatkan informasi yang tepat. Ada beberapa faktor yang harus diperhatiakn antara lain:
Faktor Presipitasi dan Predisposisi
Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang ditularkan melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila klien makan tidak teratur. Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan yang tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari wc dan menyiapkan makanan
  1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah penulisan klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas tentang masalah kesehatan/ proses keperawatan yang actual dan potensial (Doengos, dkk.:2000).
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien typhoid adalah :
a.       Resiko tinggi gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah
b.      Resiko tinggi gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah
c.       Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
d.      Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik
e.       Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan invasive
f.       Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat

  1. Perencanaan
Menurut Carperito dan Moyet, (2007 : 83) perencanaan dalam proses keperawatan adalah metode pemberian langsung kepada klien terdiri atas tiga fase yaitu menentukan prioritas, merumuskan tujuan dan membuat intervensi keperawatan.
Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka rumusan perencanaan keperawatan pada klien dengan typhoid, adalah sebagai berikut:
Diagnosa. 1
Resiko tinggi gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah.
Tujuan
Ketidak seimbangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil
Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam batas normal, tanda-tanda dehidrasi tidak ada
Intervensi
Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan peningkatan suhu tubuh, pantau intake dan output cairan dalam 24 jam, ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung. Anjurkan klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per hari, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui parenteral sesuai indikasi.




Diagnosa. 2
Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
Kriteria hasil
Nafsu makan bertambah, menunjukkan berat badan stabil/ideal, nilai bising usus/peristaltik usus normal (6-12 kali per menit) nilai laboratorium normal, konjungtiva dan membran mukosa bibir tidak pucat.
Intervensi
Kaji pola nutrisi klien, kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien, anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut, timbang berat badan tiap hari. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi lambung, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik seperti (ranitidine).

Diagnosa 3
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
Tujuan
Hipertermi teratasi
Kriteria hasil
Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid.
Intervensi
Observasi suhu tubuh klien, anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien, beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas, anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.

Diagnosa 4
Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
Kriteria hasil
Mampu melakukan aktivitas, bergerak dan menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
Intervensi
Berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung, bantu kebutuhan sehari-hari klien seperti mandi, BAB dan BAK, bantu klien mobilisasi secara bertahap, dekatkan barang-barang yang selalu di butuhkan ke meja klien, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.

Diagnosa 5
Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan
Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil
Bebas dari eritema, bengkak, tanda-tanda infeksi dan bebas dari sekresi purulen/drainase serta febris.
Intervensi
Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR dan RR). Observasi kelancaran tetesan infus, monitor tanda-tanda infeksi dan antiseptik sesuai dengan kondisi balutan infus, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti biotik sesuai indikasi.

Diagnosa 6
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat
Tujuan
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil
Menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya, melalui perubahan gaya hidup dan ikut serta dalam pengobatan.
Intervensinya
Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya, Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien, beri kesempatan keluaga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti, beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat, pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dan tanyakan apa yang tidak di ketahui klien, libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien

  1. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan kategori dan prilaku keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencaspai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan Potter dan Perry (1999) pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari dengan kata lain pelaksanaan mencangkup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari.




  1. Evaluasi
Evaluasi merupakan keputuana atau pendapat tentang Carpenito dan Moyet (2007) sedangkan menurut Rubenfeld dan Scheffer (1999). Evaluasi adalah tindakan memeriksa setiap aktivitas dan apakah hasil yang diharapkan telah tercapai.
Adapun tipe-tipe evaluasi yang harus perawat lakukan dalam asuhan keperawatan kepada klien meliputi : evaluasi masalah kolaboratip yaitu mengumpulkan data yang telah dipilih, membandingkan data untuk mencapai data normal. Menilai data yang di dapat dengan nilai normal. Evaluasi diagnosis keperawatan dan peningkatan pencapaian tujuan dan evaluasi dari status perencanaan keperawatan dan hasil yang di dapat.
Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya.





BAB III

LAPORAN KASUS

Pada bab tiga ini penulis akan membahas laporan kasus pada Ny.B dengan gangguan system  pencernaan : Typhoid Fever diruang Isolasi (H) Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso Pontianak

A.   Pengkajian

1.      Identitas Klien
Nama                                                : Ny. B
Jenis Kelamin                                    : Perempuan
Umur                                                 : 33 tahun
A g a m a                                          : Islam
Pendidikan                                        : SD
Alamat                                              : Jl. Adisucipto Pontianak,
Ststus perkawinan                             : Janda
Suku Bangsa                                     : Melayu
Pekerjaan                                          : Karyawan Swasta
Ruangan Rawat                                : Ruangan Isolasi (H)
Dianosa medis                                  : Typoid Fever
Tanggal Masuk                                 : 11 April 2012
Tanggal Pengkajian                           : 16 April 2012
No. RM                                             : 587827
Jam Pengkajian                                 : Jam 08.00 WIB.
  
2.      Riwayat Kesehatan Klien
a.      Kesehatan Masa Lalu :
Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit maag dan malaria.
b.      Riwayat Kesehatan Sekarang :
1)      Keluhan utama / alasan masuk rumah sakit :
Klien mengatakan muntah ±  5 x dalam sehari dan demam sejak 6 hari yang lalu, pusing (berputar-putar), sesak nafas, typus, menggigil.
2)      Keluhan waktu di data :
Klien mengatakan menggigil, nafsu makan berkurang, mual dan muntah, nyeri pada ulu hati saat bergerak.
P : Nyeri pada abdomen
Q : ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada epigastrium
S : 6 (sedang)
T : Berkala tak menentu
c.       Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit keturunan.

d.      Struktur Keluarga / Genogram
  33





Keterangan
Laki-laki                  :
Perempuan              :
Pasien                      :
Meninggal               :
Tinggal satu rumah :

e.       Data Biologis
1)      Pola nutrisi
Di rumah             :  Klien mengatakan makan dan minum 3 x sehari dengan menu makanan berbeda. BB 48 kg
Di rumah sakit     :    Klien mengatakan makan dengan porsi ditentukan di RS sangatlah tidak nyaman baginya dan terasa mual dan muntah saat makan, klien hanya menghabiskan makan 4-6 sendok saja. BB 46 kg

2)      Pola minum
Dirumah              :    Klien mengatakan minum 7-8 gelas/ hari.
Dirumah sakit      :    Klien mengatakan hanya minum 1-3 gelas/ hari hari
3)      Pola eliminasi
Di rumah             :    Klien mengatakan biasanya BAB ± 1-2 kali perhari dan BAK  ±  3-4 kali perhari.
Di rumah sakit     :    Klien mengatakan selama di RS BAB hanya ± 2-3 kali dalam seminggu dan BAK ±  2-3 kali perhari.

4)      Pola istirahat dan  tidur
Di rumah             :    Klien mengatakan tidur pada malam hari ±  8 jam dan sering terbangun dikarenakan  nyeri pada ulu hati.
Di rumah sakit     :    Klien mengatakan tidur tidak lama ± 5-6 jam saja karena klien merasa gelisah dan merasakan nyeri pada ulu hati.
5)      Pola kebersihan
Di rumah             : Klien mengatakan mandi 2-3 kali sehari dengan menggunakan sabun dan shampo.
Di rumah sakit     : Di rumah sakit klien mengatakan mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun dan menggosok gigi.
6)    Pola aktivitas
Di rumah             :    Klien mengatakan aktivitas dirumah membersihkan perkarangan rumah sebagai rutinitas tiap pagi dan ikut gotong royong dengan warga (bakti social)..
Di rumah sakit     : Klien mengatakan hanya bisa terbaring lemah, makan dan minum saja.Skala aktivitas 2 (50% dibantu)

f.        Pemeriksaan Fisik
1.      Keadaan umum           :  Klien lemah
2.      Kesadaran                   :  Compos Mentis
GCS =   15                  E : 4        M : 5            V : 6
3.      Tanda-tanda vital        : 
TD : 110/80 mmHg                 RR : 20 x/menit           N : 102 x/menit
S : 38 °C          BB : 46 kg


4.      Pemeriksaan Persistem :
a)         Sistem Pernafasan
Inspeksi        :    Bentuk simetris, tidak ada massa dan sputum pergerakan paru kanan dan kiri normal dengan frekuensi 20 kali/ menit .
Palpasi          :    Tidak ada nyeri tekan,  pada sinus prontalit maksilanus nyeri tekan tidak ada
Perkusi          :    Bunyi resonan pada lapang dada.
Auskultasi    :    Normal
b)        Sistem Kardiovaskuler:
Inspeksi        :    Dada simetris, tidak ada pembesaran dada kanan atau kiri
Palpasi          :    Tidak ada nyeri tekan, dengan frekuensi nadi 102 x/ menit
Perkusi          :    Tidak terdengar suara pekak
Auskultasi    :    Terdengar suara jantung S1 (lub) dan S2 (dub), Gallop (-), Murmur (-).
c)    Sistem Persyarafan
1)       Nervus olfaktorius                     : Penciuman Normal
2)        Nervus optikus                          : Penglihatan klien normal dan jelas
3)        Nervus okulomotorius.             :   Pergerakan bola mata klien normal dan klien tidak juling
4)      Nervus trochlearis                     : Normal
5)      Nervus trigeminus                     : Normal
6)        Nervus abdusen                        : Sensasi wajah baik dan normal
7)        Nervus fasialis                             : Gerakan otot wajah klien baik
8)      Nervus vestibulokoklealis         : Normal
9)      Nervus glasofaringius                : Rasa ; Normal
10)  Nervus vagus                             : Reflek menelan baik
11)  Nervus aksesorius                      : Gerakan otot baik
12)  Nervus Hipoglosus                    : Gerakkan lidah baik

d)   Sistem Pencernaan
Inspeksi        :    Bentuk mulut simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis
Palpasi          :    Terdapat nyeri tekan pada abdomen atas atau bagian ulu hati skala 5
Perkusi          :    Timpani
Auskultasi    :    Bising usus 20 x/m
e)    Sistem Perkemihan
Inspeksi        :    Klien mengatakan bentuk alat kelaminnya normal.
Palpasi          :    Tidak ada nyeri tekan pada vesita urinaria
f)    Sistem Pengindraan
(1) Mata
Inspeksi   :    Bentuk simetris, konjungtiva berwarna merah muda penglihatan baik, tidak ada alat bantu penglihatan.
Palpasi     :       Tidak terdapat nyeri tekan
(2)   Hidung
Inspeksi   :    Bentuk simetris, tidak ada massa dan sputum
Palpasi     :  Tidak terdapat nyeri tekan
(3)   Pendengar
Inspeksi   :    Bentuk simetris terdapat serumen, dengan pendengaran baik
Palpasi     :    Tidak terdapat nyeri tekan
(4)   Pengecap
Inspeksi   :    Mukosa bibir lembab, bibir simetris dan tidak terlihat bercak putih atau kotor.
Palpasi     :    Tidak ada nyeri tekan pada leher dan reflek menelan
(5)   Peraba
Inspeksi   :    Tidak ada kelainan
Palpasi     :    Klien bisa membedakan antara panas dan dingin

g)   Sistem Endokrin           
-          Pembesaran kelenjar thiroid              : Tidak ada pembesaran
-          Pemebesaran kelenjar getah bening   : Tidak ada pembesaran
-          Hiperglikemia                                    : tidak ada masalah
-          Hipoglikemia                                     : tidak ada masalah

k)      Sistem Muskulokeletal dan integument
a.         Atas         : Pada tangan kiri terpasang infuse RL 20 tpm.
b.         Bawah     : Tidak ada oedema pada tangkai, kekuatan otot kiri. kanan.
Kekuatan otot:     5        5
5            5

l)        Sistem Integumen
Inspeksi    : Warna kulit kuning langsat, kulit bersih tidak keriput
Palpasi      : Tidak terdapat nyeri tekan dan kulit tidak kasar.

g.      Data Psikologis
1)      Status emosi         :

2)      Konsep diri          :           


3)      Gaya komunikasi :

4)      Pola interaksi       :

5)      Pola koping          :

Klien selalu sabar dengan penyakit yang di derita.
Klien selalu tetap pada penderitaanya dalam bekerja, klien bangga dengan pekerjaanya selama ini karena dapat membantu keluarga.
Klien berkomunikasi dengan baik dan menggunakan bahasa melayu.
Pola interaksi klien baik,mudah diajak bicara dengan keluarga, perawat, maupun orang lain.
Klien tampak sedikit cemas dengan kondisi penyakit yang dialaminya. Keluarga klien selalu sabar dan selalu memberikan support dan berdoa untuk kesembuhan klien.








h.      Data Sosial
1.      Pendidikan dan pekerjaan :

2.      Hubungan sosial                :

3.      Faktor sosiokultural           :     

4.      Gaya hidup                        :       

Klien tamatan SD dan bekerja di bidang swasta.
Klien selalu ramah dengan tetangga dan orang disekitar lingkunganya.
Tradisi dalam keluarga tidak ada yang bertentangan dengan kesehatan.
Tidak ada kebiasaan klien yang dapat merugikan kesehatan, seperti klien tidak merokok, tidak minum-minuman beralkohol

i.        Data Spiritual
Klien beragama islam, dan klien rajin sembahyang atau sholat tepat waktu

j.        Data Penunjang (Laboratotium, Radiologi)
Sewaktu  April 2011
Jenis pemeriksaan
Hasil
Normal
WBC  
Lym    
MID   
Gra     
Lym %           
6,2 k/ul
2,3 k/ul
0,3 k/ul
3,6 k/ul
37,8 %
4,0 – 12,0 k/ul
2,0 – 8,0 k/ul
1,6 – 5,0 k/ul
0,1 – 1,0 k/ul
50,0 – 80,0 k/ul

k.       Pengobatan
·           RL                             : 20 tetes/menit
·           Cefotaxime               : 3 x 1 gr/iv
·           Ranitidin                   : 3 x 4 gr/iv
·           Ondansetron             : 3 x 1 gr/iv
·           Paracetamol               : 3 x 1 tablet
·           Antrain                      : 2 x 1 amp/iv

l) Analisa Data
No
Data
Etiologi
Masalah
1
Ds :  Klien mengatakan demam sudah  6 hari
TTV :
TD : 110/80 mmHg               
RR : 20 x/menit         
N : 102 x/menit
S : 38 °C
Do : Klien terlihat lemah dan gelisah
Proses perjalanan penyakit
Hipertermi
2
Ds : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
P : Nyeri pada abdomen
Q : ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada epigastrium
S : 6 (sedang)
T : Berkala tak menentu
Do:
-          Klien terlihat meringis
-          Klien gelisah
Peningkatan asam lambung
Nyeri epigastrium
3
Ds : Klien mengatakan nafsu makan berkurang, terasa mual dan muntah
Do :  - Klien tampak mengeluh dan meringis
- BB sebelum masuk 48 kg
- BB Sesudah masuk 46 kg
- Klien hanya menghabiskan 4-6 sendok  makan
Anoreksia
Perubahan  pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

B.     Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukannya pengkajian dan analisa data, maka tahap selanjutnya perumusan diagnosa keperawatan adapun diagnose yang muncul pada Ny. B dengan Hipertensi diruangan Isolasi (H) Di Rumah Sakit Umum Daerah  Dokter Soedarso Pontianak adalah:
1.      Hipertermi berhubungan dengan proses perjalanan penyakit
Do : Klien terlihat lemah dan gelisah
Ds :  Klien mengatakan demam sudah  6 hari
TTV :
TD : 110/80 mmHg            
RR : 20 x/menit     
N : 102 x/menit
S : 38 °C
2.      Nyeri epigastrium berhubungan dengan asam lambung yang meningkat
Ds : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
Do:
-   Klien terlihat meringis
-   Klien gelisah
3.      Anoreksia berhubungan dengan perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ds : Klien mengatakan nafsu makan berkurang, terasa mual dan muntah
Do :-  Klien tampak mengeluh dan meringis
-       BB sebelum masuk 48 kg
-       BB Sesudah masuk 46 kg
-       Klien hanya menghabiskan 4-6 sendok  makan

C.    Intervensi
Dalam tahap ini dirumuskan tujuan dan intervensi berdasarkan diagnosa keperawatan yang ada pada Ny. B dengan Tipoid Fever diruangan Isolasi (H) Di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso Pontianak.
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Hipertermi berhubungan dengan proses perjalanan penyakit
Do : Klien terlihat lemah dan gelisah
Ds :  Klien mengatakan demam sudah  6 hari
TTV :
TD : 110/80 mmHg
RR : 20 x/menit      
N : 102 x/menit
S : 38 °C
Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam diharapkan suhu tubuh klien normal dengan kriteria hasil :
-  Suhu tubuh
36 °C
-  Klien terlihat tenang
1.    Berikan kompres hangat basah
2.    Monitoring tetesan infuse 20 tetes per menit
3.    Kolaborasi pemberian obat Piresik dan Antibiotik
1.    Untuk menurunkan panas klien
2.    Untuk membantu kebutuhan nutrisi tubuh
3.    Untuk membantu menurunkan panas klien
2
Nyeri epigastrium  berhubungan dengan asam lambung yang meningkat
DS : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
DO :     
-       Klien terlihat meringis
-       Klien gelisah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam. Diharapkan nyeri klien hilang dengan criteria hasil :
-       Skala nyeri 1
-       Klien terlihat santai
1.    Kaji skala nyeri


2.    Berikan posisi nyaman


3.    Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesik
1.    Untuk mengetahui tingkat skala nyeri
2.    Untuk membantu mengurangi nyeri
3.    Untuk mengurangi nyeri
3
Anoreksi berhubungan dengan perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
DS : Klien mengatakan nafsu makan berkurang, terasa mual dan muntah
DO : -  Klien tampak mengeluh dan meringis
- BB sebelum masuk 48 kg
- BB Sesudah masuk 46 kg
- Klien hanya menghabiskan 4-6 sendok  makan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3 x 24 jam diharapkan klien tidak mual dan muntah dengan criteria hasil :
-       Klien mau makan
-       Klien terlihat lahap saat makan
1.    Kaji pola nutrisi

2.    Kolaborasi menganjurkan makan sedikit tapi sering
3.    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat suplemen

1.   Agar mengeathui porsi makan klien
2.  Agar makan klien kembali normal
3.  Agar pemberian gizi sesuai kebutuhan tubuh








D.    Implementasi
Dalam tahap ini penulis akan menguraikan pelaksanaan dari kasus Ny. B dengan Typhoid Fever diruangan Isolasi (H) Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso
No
Hari/Tanggal
No Dx
Implementasi (DAR)

Paraf
1
Senin
16-04-12
08.00
08.30
08.40

08.45


09.00

09.05

09.10

I
D : Klien mengatakan demam sudah 6 hari
A :
-            Berikan kompres hangat basah
-            Monitoring tetesan infuse 20 tetes per menit
-            Kolaborasi pemberian obat anti piretik dan Antibiotik
R :
-          Kompres hangat basah sudah diberikan
-          Observasi tetesan infuse normal
-          Pemberian obat sesuai dosis sudah diberikan

F. Loling

09.15


09.20
09.25
09.30


09.35
09.45

II
D : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
A :
-          Kaji skala nyeri
-          Berikan posisi nyaman
-          Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesic
R :
-          Klien terlihat tenang dan nyaman
-          Klien tidak gelisah

F. Loling

09.50



09.55
10.00

10.10



10.15
10.20
10.30
III
D : Klien mengatakan nafsu makan berkurang, terasa mual dan muntah
A :
-          Kaji pola nutrisi
-          Kolaborasi menganjurkan makan sedikit tapi sering
-          Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat suplemen
-          BB klien 46 kg
R :
-          Klien terlihat santai dan tenang
-          Klien ridak mual lagi
-          Klien bisa makan secukupnya

F. Loling
2
Selasa
17-04-12
08.20
08.40


08.50


09.00
09.10
09.30
I
D : Klien mengatakan demam , Suhu tubuh klien 38 °C
A :
-          Melanjutkan tindakan memberikan kompres hangat dingin
-          Mengkolaborasikan pemberian obat piretik
R :
-          Klien tidak demam lagi
-          Klien terlihat santai
-          Suhu tubuh 36 °C

F. Loling

10.20


10.25
10.30
10.35


10.40
10.50

11.00
II
D : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
A :
-          Mengkaji skala nyeri
-          Memberi posisi yang nyaman
-          Mengkolaborasi pemberian obat analgesic
R :
 -    Skala nyeri klien 4-6 (sedang)
 -    Posisi semi fowler telah diberikan
 -    Klien merasa tenang


F. Loling

11.35



11.45
11.50

12.00


12.05

12.10
III
D : Klien mengatakan masih belum ada nafsu makan dan tidak mual muntah lagi
A :
-          Mengkaji pola nutrisi
-          Mengkolaborasi makan sedikit tapi sering
-          Menganjurkan klien untuk bayak minum air gula
R :
-          Klien klien hanya menghabiskan 5-6 sendok saja
-          Klien masih mual muntah
-          BB klien 46 kg

F. Loling

Rabu
18-04-12
08.00

08.05


08.20


08.25
08.30
08.35
I
D : Klien mengatakan sudah tidak demam lagi, suhu tubuh klien 36 °C
A :
-          Melanjutkan tindakan memberikan kompres hangat dingin
-          Mengkolaborasikan pemberian obat anti piretik
R :
-          Klien tidak demam lagi
-          Klien terlihat santai
-          Suhu tubuh 36 °C

F. Loling

08.45


08.50
09.00
09.10


09.15
09.20
II
D : Klien mengatakan masih nyeri pada ulu hati
A :
-          Mengkaji skala nyeri
-          Memberi posisi yang nyaman
-          Mengkolaborasi pemberian obat analgesic
R :
 -    Skala nyeri klien 4-6 (sedang)
  -    Posisi semi fowler telah diberikan
  -    Klien merasa tenang

F. Loling

09.25



09.30
09.35

09.45


09.50
10.00
III
D :   Klien mengatakan sudah mau  makan dan tidak mual muntah lagi
A :
-          Mengkaji pola nutrisi
-          Mengkolaborasi makan sedikit tapi sering
-          Menganjurkan klien untuk bayak minum air gula
R :
-          Klien terlihat lahap saat makan
-          Klien tidak mual muntah lagi
-          BB klien naik jadi 47 kg

F. Loling


E.     Evaluasi
Dalam tahap ini penulis akan menguraikan pelaksanaan dari kasus Ny. B dengan Typhoid Fever diruangan Isolasi (H) Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso

No
Tanggal/jam
No Dx
Perkembangan (SOAPIE)
Paraf
1
Senin
16-04-12
11.00
11.15

11.20



11.25

11.30

11.35


11.40

11.45

11.50


I
S : Klien mengatakan demam sudah 6 hari
O :
-          Klien terlihat lemah dan gelisah,
-          S = 38 °C
A : Masalah teratasi
P : Intervensi ditentukan
I :
-          Memberikan kompres hangat basah
-          Memonitoring tetesan infuse 20 tetes per menit
-          Mengkolaborasi pemberian obat Anti piretik dan Antibiotik
E :
-          Klien terlihat tenang pada saat di kompres
-          Tetesan infuse berjalan dengan lancer
-          Klien terlihat nyaman dan santai
F. Loling

Senin
16-04-12
12.05




12.10
12.15

12.20

12.25
12.30

II
S : Klien mengatakan tidak nyeri ulu hati
O :
-          Klien terlihat santai
-          Skala nyeri 6
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
I :  -   Kaji skala nyeri
-   Berkolaborasi dalam pemberian obat analgesik
-   Memberikan posisi yang nyaman
E: -   Skala nyeri klien 6
-    Obat piretik telah diberikan
F. Loling

Senin
16-04-12
12.35

12.40
12.45
12.55

13.00
13.05


13.10



13.15
13.25

13.30

III
S : klien mengatakan mual muntah lagi dan tidak nafsu makan
O :  - Klien terlihat lemah
- BB sebelum masuk 48 kg
- BB Sesudah masuk 46 kg
- Klien hanya menghabiskan 4-6 sendok  makan
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
I :
-          Mengkaji pola nutrisi
-          Mengkolaborasi menganjurkan makan sedikit tapi sering
-          Mengkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat suplemen
-          Menganjurkan minum air gula secukupnya
E :
-          Klien tampak lemah
-          Klien nampak mual dan muntah
-          Klien enakan saat diberi air gula
F. Loling
2
Selasa
17-04-12
12.00
I
S : Klien mengatakan masih demam
O :        
-          Klien terlihat pucat,
-          S = 37 °C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
F. Loling

Selasa
17-04-12
12.10
II
S :   Klien mengatakan tidak nyeri ulu hati
O :
-          Klien terlihat santai
-          Skala nyeri 6
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
F. Loling

Selasa
17-04-12
12.20
III
S : klien mengatakan kurang nafsu makan
O : - klien masih mual BB sebelum masuk 48 kg
 - BB Sesudah masuk 46 kg
 - Klien hanya menghabiskan 4-6 sendok  makan
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
F. Loling
3
Rabu
18-04-12
13.00
I
S : klien mengatakan sudah tidak demam lagi
O :        
-          klien terlihat tenang dan terbaring santai,
-          S = 36 °C
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
F. Loling

Rabu
18-04-12
13.20 
III
S : klien mengatakan tidak mual muntah lagi dan nafsu makan sudah ada
O:-  Klien terlihat lahap pada saat makan
- BB Sesudah naik 47 kg
- Klien hanya menghabiskan  makannya
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
F. Loling


DAFTAR PUSTAKA

Brunners & Suddart, (2002), Buku Ajar Keperawatan, Edisi 8, Penerbit EGC, Jakarta.
Doengoes, Marilyn E., (2002), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Tujuan Perawatan Pasien, Edisi III, EGC, Jakarta.
Evelyn C., Pearce, (2002), Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Nursalam, (2001), Proses Dokumentasi Keperawatan, Edisi I, Salemba Medika, Jakarta.
Pengertian Demam Tipoid. Diambil tanggal 8 Juni 2012  http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/2011/01/thypoid-fever.html
Definisi Typoid. Diambil pada tanggal 8 Juni 2012. Asuhan Keperawatan dengan Demam Tipoid. Diambil tanggal 9 Juni 2012. http://denfirman.blogspot.com/2010/06/asuhan-keperawatan-typoid.html
Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan. Diambil pada tanggal 9 Juni 2012. http://blogs.unpad.ac.id/haqsbageur/2010/03/26/anatomi-dan-fisiologi-sistem-pencernaan-manusia/
Sudoyo, Aru W., (2006) , Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jilid III, FKUI, Jakarta.
Tarwono, Wartonah, (2004), Kebutuhan Dasar Manusi dan Proses Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.