Rabu, 31 Agustus 2011

Asuhan Keperawatan Pada An. H dengan BBLR



BAB I
PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,  pelayannan berbentuk bio, psiko, social dan spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan ilmu keperawatan berdasarkan kepada suatu teori yang sangat luas. Kesehatan adalah salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemauan untuk hidup sehat yang setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Nursalam 2001).
Tingkat kesejahteraan suatu bangsa dapat di lihat salah satunya dari tingkat kesehatan anak, karena anak merupakan aset bangsa dan generasi penerus yang harus kita pelihara. Oleh karena itu kesehatan dan kesejahtraan anak adalah tanggung jawab bersama. Di dalam tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan, di sebutkan bahwa prioritas pelayanan kesehatan yaitu : Penurunan angka kematian bayi dan perinatal, penurunan angka kematian anak balita, penurunan angka kesakitan anak usia sekolah dan remaja, peningkatan kesehatan anak secara optimal menuju generasi muda yang sehat sebagai sumber daya pembangunan (Depkes, 1993 : 1).
Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan keterampilan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, sehingga angka kematian dan kesakitan dapat di cegah, terutama angka kematian dan kesakitan anak.
Satu dari 18 bayi terlahir prematur. Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan ibu kurang dari 36 minggu. Semua bayi prematur membutuhkan perawatan khusus, tetapi tidak semuanya perlu dirawat di ruang rawat intensif.
Karena banyak terjadi kasus BBLR mencapat 397 kasus maka, penulis mengambil kasus ini dikarenakan di Indonesia banyak terjadinya bayi dilahirkan secara prematur karena banyak ibu-ibu yang kekurangan gizi dan ketidak tauan warga awam tentang pentingnya makan yang mengandung gizi yang sempurna untuk kelangsung hidup diri sendiri dan bagi ibu yang mengandung bayi. Banyak didaerah-daerah terpencil kekurangan gizi dikerenakan transfortasi yang tidak memungkinkan dan kurangnya penyuluhan kesehatan bagi masyarakat yang terbelakang dan kurang mengerti tentang gizi.



B.     Ruang Lingkup Penulisan
Adapun ruang lingkup penulis laporkan hasil study kasus adalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan BBLR di Ruang Perawatan Perinatalogi Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso Pontianak. Dengan lama perawatan selama 3 hari dari tanggal 2 Mei 2011 – 4 Mei 2011. Laporan hasil studi kasus dibahas dan dilakukan dengan pendekatan keperawatan yang komprehensif.

C.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut :
1.      Tujuan Umum
Agar dapat menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan BBLR secara professional dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita BBLR Mampu melakasanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensip meliputi aspek bio-psikologis pada anak dengan BBLR berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.


2.      Tujuan Khusus
a.       Meningkatkan pengetahuan tentag konsep dan teori keperawatan klien dengan penyakit BBLR
b.      Mampu membuat perencanaan keperawatan terhadap masalah yang timbul sesuai dengan prioritas masalah
c.       Dapat memberikan asuhan keperawatan secara tepat melalui dari tahap pengkajian, perumusan dari diagnosa keperawatan, pembuatan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi terhadp tindakan dan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
d.      Sebagai bahan perbandingan antara konsep dan teori yang didapat dengan khusus yang ada dilapangan.
e.       Untuk mengidentifikasi faktor penghambat dan penunjang dalam melaksanakan asuhan keperawatan  Ruang Perinatalogi Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso Pontianak.

D.    Metode Penulisan
Dalam menyusun laporan ini, penulis menggunakan metode deskrptif yaitu dengan mengungkapkan faktor-faktor dan data yang didapat adapun cara-cara pengumpulan data yang di gunakan adalah sebagai berikut:
1.      Studi kepustakaan yaitu Menggunakan literature-literatur kepustakaan, seperti: buku, majalah, makalah, dan internet yang berhubungan dengan konsep dasar dan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit BBLR serta bahan-bahan kuliah selama di Akper Pemda Ketapang.
2.      Studi kasus yaitu Berdasarkan pengkajian kasus yang dilakukan dilapangan pada pasien By. H dengan BBLR serta pemberian asuhan langsung.

E.     Sistematik Penulisan
Adapun sistematika penulisan pada laporan hasil studi kasus ini adalah:
Bab I, berisikan, Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah terjadinya BBLR, beserta angka kejadian pada medical record Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso Pontianak tentang kasus BBLR, Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematik Penulisan. Bab II,  berisikan, penjelasakan tentang konsep teori BBLR dan Asuhan Keperawatan. Bab III, berisikan, laporan kasus. Bab IV, berisikan, tentang pembahasan dari hasil studi kasus BBLR pada klien By. H. Bab V, berisikan, penutup, kesimpulan dan saran.





BAB II
LANDASAN TEORI

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang konsep dasar secara teoritis dari penyakit BBLR.

A.    Konsep Dasar
  1. Definisi
BBLR (premature) yaitu bayi bayi yang lahir sebelum term mengalami kerugian dari keuntungan kehidupan intrauterin selama beberapa waktu. (Persis mary Haamilton:1995)
Bayi preterm (premature) adalah bayi yang di lahirkan sebelum kehamilan 37 minggu (Barbara R.stright:2004)
BBLR (Premature adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram . (WHO ,1961)
Persalinan prematur adalah dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran atau cervik serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir (dr. M. Halimi).
BBLR premature dapat disimpulkan bayi lahir belum waktunya melahirkan, bayi yang lahir tidak mencapai waktu 9 bulan 10 hari, seperti kelahiran normal lainnya..
  1. Anatomi Fisiologi
pp
a.         Anatomi
1)      Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan,
2)      lemak jaringan sedikit (tipis).
3)      Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari
4)      Pada bayi laki-laki testis belum turun.
5)      Pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol
b.        Fisiologi
1)      Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
2)      Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi.
3)      Pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna.
4)      Kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu.
5)      Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.
  1. Etiologi
Persalinan premature sulit diduga dan sulit dicari penyebabnya, sehingga pengobatannya sukar dapat diterapkan dengan pasti. Beberapa factor yang dapat menyebabkan persalinan premature adalah :
1.         Kondisi umum, diantaranya:
1)       Keadaan social ekonomi rendah.
·         Kurang gizi
·         Anemia
·         Perokok berat dengan lebih dari 10 batang/perhari
·         Umur hamil terlalu muda kurang dari atau terlalu tua diatas 35 tahun.

2)   Penyakit ibu yang menyertai kehamilan.
·           Tekanan darah tinggi
·           Penyakit kencing manis
·           Penyakit jantung atau paru
·           Penyakit endokrin
·           Terdapat factor rhesus
2.         Penyulit kebidanan
Perkembangan dan keadaan hamil dapat meningkatkan terjadinya persalinan premature:
1)   Kehamilan dengan hidramnion, ganda, pre-eklampsia, eklampsia
2)   Kehamilan dengan perdarahan antepartum pada solusio plasenta, plasenta previa, pecahnya sinus marginalis
3)   Kehamilan dengan ketuban pecah dini : terjadi gawat janin, temperature tinggi.
3.         Kelainan anatomi rahim
Keadaan rahim yang sering menimbulkan kontraksi dini:
1)   Servik inkompeten karena kondisi serviks, amputasi serviks
4.         Kelainan congenital rahim
1)    Uterus arkuatus
2)    Uterus septus
5.         Infeksi pada vagina asenden ( naik ) menjadi amnionitis

  1. Patofisiologi
Persalinan premature dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang per hari, riwayat abortus pada trimester III, riwayat abortus pada trimester 1 lebih dari 2 kali. Faktor resiko mayor ialah kehamilan multipel, hidramnion, anomali uterus, servik terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi dan iritabilitas uterus. Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor mayor atau bila ada 2 lebih faktor resiko minor atau bila ditemukan keduanya.

  1. Manifestasi klinis
a.       BB <2500 gr , Pb <45 cm ,linkar kepala ,<33 cm ,lingkar dada <30 cm
b.      Masa gestasi ,37 minggu ,geraka,otot masih hipotonusn kurang aktif
c.       Kepala >dari badan ,rambut tipis ,halus ,ubun-ubun satural lebar
d.      Telinga elastic ,daun telinga menebal ,pada telinga
e.       pernafasan belum teratur dan sering mengalami apneu
f.       Puting susu belum terbentukdengan sempurna
g.      Lemak subkutan kurang
h.      Genitalia belum sempurna ,pada laki-laki testis belum turun ,pada wanita labio mayora belum terbentuk
i.        Refleks hisap dan menelan serta reflex batuk masih lemah
6.      Komplikasi
a.       Respiratory Disterss Syndrom: di tandai dengan sianosis, tangisan merintih, sesak nafas
b.      Aspeksia
7.      Pemeriksaan Penunjang
a.    Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis.
b.    Urinalisis
c.    Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin dan letak plasenta
d.   Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti rasio lesitin sfingomielin, surfaktan

8.      Pencegahan
A.    Pencegahan
                                   1)      pengenalan pasien beresiko
                                   2)      Pendidikan persalinan kurang bulan
                                   3)      Kenali kontraksi uterus kurang bulan sejak dini untuk mendapatkan terapi dr. OBGIN. d. Pemantauan rahim sejak dini.
                                   4)      Pemberian hormon hydroxyprogesterone caproate (dr. suririnah)
                                   5)      Diet yang tepat untuk hamil.
                                   6)      Personal hygene yang baik.
                                   7)      Aktivitas dibatasi bagi ada riwayat prematur.
2)      Penyakit-penyakit panas akut segera ditangani
B.     Kontrol seksama kalau ada penyakit DM / toksosemia.
1)      Prognosis
a)      Prematuritas merupakan faktor kematian yang terkait mortalitas dan morbiditas sebagian bayi meninggal pada 28 hari pertama mempunyai bobot kurang dari 2500 g saat lahir.
b)      Anoksia 12 kali lebih sering pada bayi yang baru lahir
c)      Gangguan respirasi menyebabkan 44% bayi meningggal pada bayi kurang 1 bulan jika bayi kurang dari 1000 g angka kematian sebesar 74%.
d)     Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan immaturitas jaringan otak
e)      Perdarahan intra cranial 5x lebih sering
f)       Cerebral Palsy
g)      Prognosis untuk kesehatan fisik dan intelektual bayi belum diketahui dengan pasti tampaknya insiden kerusakan otak organik otak lebih tinggi pada bayi premature
2)      Pertolongan persalinan premature
Pertolongna persalinan premature dilakukan legeartis, dengan trauma yang minimal. Penyulit yang dihadapi diantaranya:
a)      Trauma persalinan menimbulkan perdarahan intra cranial
b)      Gangguan pernapasan karena aspirasi air ketuban
c)      Asfiksia neonates
d)     Mudah terjadi infeksi neonates

9.    Penatalaksanaan
Setiap persalinan prenatur harus dirujuk ke rumah sakit, cari apakah ada factor penyulit, dinilai apakah termasuk resiko tinggi atau rendah.
a)      Sebelum dirujuk, berikan air minum 1.000 ml dalam waktu 30 menit.
b)      Bila kontraksi masih berlanjut, berikan obat tokolitik seperti fenoterol 5 mhg dosis tunggal, pilihan pertama ritodrin 10 mg peroral dosis tunggal. Pilihan kedua ibuprofen 400 mg peroral dosis.


A.    ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan adalah factor penting dalam survival pasien dan dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitas dan preventif perawatan kesehatan. Ketika pasien memasuki system pelayanan kesehatan, perawat menggunakan dengan langkah-langkah pada proses keperawatan, mengumpulkan data, mengidentifikasi masalah. Kebutuhan diagnosa keperawatan menetapkan tujuan-tujuan mengidentifikasi hasil dan memilih intervensi keperawatan untuk mencapai hasil serta tujuan ini. (Doenges : 2000).
Proses keperawatan terdiri dari:
  1. Pengkajian
A.    Riwayat keperawatan
1)      Riwayat Perjalanan penyakit
a)      Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan
b)      Apa penyebabnya, kapan terjadinya kelahiran
c)      Bagaimana dirasakan,
d)     Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan
e)      Kehilangan fungsi
2)      Riwayat Kesehatan
a)        Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid dalam jangka waktu lama
b)        Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada wanita
c)        Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
d)       Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
B.   Pemeriksaan fisik
1)   Mengidentifikasi tipe BBLR
a)      Kesadaran: tanda-tanda vital, tekanaan darah dan memeriksa keadaan bayi yang lahir prematurr
b)      Keadaan fisik atas: memeriksa kepala leher dan aksila
c)      Mata : kondisi mata apakah normal atau tidak
d)     Alat-alat vital yang membutuhkan perawatan khusus

2.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau rperubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjadi status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 200).






Untuk menyusun prioritas masalah penulis menggunakan Hirarki Kebutuhan Dasar Manusia menurut Abraham Maslow.




















Harga diri
 









Rasa aman

 






Kebutuhan Fisiologik / bilogik
 


 










Hirarki Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow
( Pusdiknakes, 1990 )

Ada pun diagnosa menurut Doenges : 2000.adalah,
1.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya ekspansi paru
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
3.      Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat

  1. Perencanaan
Menurut Carpenito dan Moyet, (2007 : 83) perencanaan dalam proses keperawatan adalah metode pemberian langsung kepada klien terdiri atas tiga fase yaitu menentukan prioritas, merumuskan tujuan dan membuat intervensi keperawatan.
1.    Diagnosa Keperawatan 1 :
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya ekspansi paru
Tujuan :
Pola nafas yang efektif
Kriteria Hasil :
·         Kebutuhan oksigen menurun
·         Nafas spontan, adekuat
·         Tidak sesak.
·         Tidak ada retraksi
Intervensi
·         Berikan posisi kepala sedikit ekstensi
·         Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
·         Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan
2.    Diagnosa Keperawatan 2 :
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
Tujuan :
Pertukaran gas adekuat
Kriteria :
·         Tidak sianosis.
·         Analisa gas darah normal
·         Saturasi oksigen normal.
Intervensi :
·         Lakukan isap lendir kalau perlu
·         Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
·         Observasi warna kulit
·         Ukur saturasi oksigen
·         Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan
·         Lapor dokter apabila terdapat tanda-tanda perburukan pernafasan
·         Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah
·         Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan
3.    Diagnosa Keperawatan 3 :
Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Tujuan :
Hidrasi baik
Kriteria:
·         Turgor kulit elastik
·         Tidak ada edema
·         Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
·         Elektrolit darah dalam batas normal
Intervensi :
·         Observasi turgor kulit.
·         Catat intake dan output
·         Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit
·         Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah.
4.     Diagnosa Keperawatan 5 :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat

Tujuan :
Nutrisi adekuat
Kriteria :
·         Berat badan naik 10-30 gram / hari
·         Tidak ada edema
·         Protein dan albumin darah dalam batas normal
Intervensi :
·         Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat
·         Observasi dan catat toleransi minum
·         Timbang berat badan setiap hari
·         Catat intake dan output
·         Kolaborasi dalam pemberian total parenteral nutrition kalau perlu.

C.    Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien BBLR Premature. Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen dan dependen.
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya Pada fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu yang lain dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain.

D.    Evaluasi
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP” (Nursalam, 2001).
Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien perlu dilakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut : Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru? Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan? Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit? Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat?